Minggu, 01 Februari 2015

Cinta Tak Harus Memiliki


Cinta Tak Harus Memiliki

Ayam berkokok pun berbunyi matahari pun mulai terbit dalam lamunanku aku masih di atas kasurku namun aku masih mengantuk aku membuka mata untuk segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap bekerja. Dan untuk bersiap aku memakai baju putih dan rok hitam dan segeralah aku merapikan tasku memasukan ponsel dan aku pamit kepada mamaku dan aku mencium tangan mamaku.
Panggil saja aku ratih usia ku 21 tahun kini aku segera berangkat dan menuju ke kantorku, nama perusahaan ku adalah kawasaki motor yang di jalan teuku umar barat, sebelumnya aku masih kerja di kawasaki dewi sri dikarenakan komputer untuk ngecek stok gak bisa hidup jadi aku harus dipindahkan ke kawasaki teuku umar.
Dan sesampai di kantorku aku, aku menunggu di lantai atas menunggu karyawan pada belum dateng. Dan setelah beberapa hari aku kerja aku melihat sesosok pria di depanku pertamanyaa sih biasa aja, aku gka ada perasaan apa-apa sama dia, dan aku mempunyai seorang teman namanya taufik dia lumayan baik, perhatian sama aku yaa begitulah dan aku tau cowok yang aku lihat itu meminta pinku tapi dari taufik. Taufik bertanya padaku “pin kamu diminta sama bli de” Nama cowok ini gede, kalo orang bali sih bilangnya bli gitu kalo orang yang lebih tua dari kita. Aku mengatakan ya udah kasih saja buat nambah temen.
Dan semenjak malam itu aku ponselku berbunyi ada bbm masuk dan ternyata dia bbm aku setelah bbman selama semingguan ternyata dia menyukaiku aku belum ada rasa getaran cinta di hati aku. Pas sebulan lalu aku merasakan ada getaran cinta dia begitu baik padaku perhatian dibawakan sarapan untukku oh tuhan.
Dan semenjak itu dia bertanya padaku “udah punya pacar belum” aku bilang belum dan sebaliknya aku menanyakan balik pada dia, dia bilang sudah punya, oh jantungku langsung begitu hancur setelah mendengar dia mengatakan seperti itu.
Dan suatu sore itu aku pergi sama dia, aku begitu menyayanginya dan saat kami berdua dia membicarakan tentang kekasihnya hatiku pun begitu hancur sangat begitu sakit ternyata cinta itu tak harus memiliki…
 Sumber :
Cerpen Karangan: Ratih Kusuma Wardani
Facebook: Desakmade Ratihkusuma Wardani

 

Pacar Pertamaku Bukan Cinta Pertamaku


Pacar Pertamaku Bukan Cinta Pertamaku

Mengingat kembali cerita 3 tahun yang lalu. Dimana Rana merasakan apa itu cinta monyet, Rana mulai menyukai teman sekelasnya yang bernama Cholil, dan karena masih polosnya dia tak berani mengatakan kepada siapapun. Rana cukup melihatnya setiap hari dan rasa itu semakin hari semakin tumbuh. Tak terasa 3 tahun dia memendam semua rasa itu. Hingga teman-temanya membicarakan kekasihnya dia hanya diam dan tak berani mengungkapkan. Hingga salah satu temannya bertanya “Ran, selama ini kamu tidak pernah berbicara tentang siapa cowok yang kamu taksir, emang gak ada teman di sekolah ini yang sesuai dengan kriteriamu?” tanya Diana. “hmm.. ndak” jawabnya singkat. Tentunya kata CINTA masih begitu asing bagi Rana apalagi pacaran.
“kalo begitu kita comblangin aja si Rana itu” cetus Tria
“emang ini jaman Siti Nurbaya?” jawabnya sinis
“di antara kita berempat cuma kamu yang setia ngejomblo, dan tertutup kalo soal asmara” saut Tria.
“hmmm.. pacar aja gak punya trus mau bicara tentang apa” jawabnya sinis.
“makannya kita berniat nyomblangin elo sama cowok yang kita kenal” paksa Tria.
Sesampainya di rumah Rana sempat berfikir “untuk apa menunggu orang yang tentunya tak mengharapkan kita, namun sungguh sulit jika harus melupakan Cinta pertama, mungkin cinta pertamaku gak akan kesampaian, dan harus mulai merelakannya”.
Semakin hari hubungan Rana dan Cholil tidak semakin baik, malah Cholil makin cuek dan acuh pada Rana. Nyesek banget kalau lihat dia deket sama cewek lain, lagi-lagi Rana hanya bisa diam dan memendam semua rasa itu sendiri.
Tak terasa 3 tahun berlalu dan Rana pun masih saja tetap menjomblo hingga akhirnya dia mengenal cowok bernama Rafi lewat temannya dulu yang menurutnya Rafi adalah seseorang yang baik, semakin hari Rana dan Rafi semakin akrab, Rana mungkin sudah mulai mengiklaskan Cholil (cinta pertamanya) itu pergi. Terkadang masih saja terbesit masa lalunya di fikirannya dan itu membuat hatinya luka dan tentunya galau.
Benih-benih cinta mulai tumbuh antara Rana dan Rafi, hal itu sedikit membuat Rana melupakan Cinta pertamanya yang begitu pedih itu.
Setahun berlalu Rana mengenal sosok seorang Rafi “kenapa Rafi gak nembak aku ya?” harap Rana.
Seminggu kemudian tanpa diduga Rafi menyatakan cintanya. Tanpa fikir panjangpun Rana langsung menerimanya dan tentunya sekarang tak menjomblo lagi.
“cinta pertama memang tak selalu berakhir indah, karena CINTA PERTAMAKU BUKAN PACAR PERTAMAKU”
Sumber :
Cerpen Karangan: Riana Unyu
Facebook: Rianawahyu.blogspot.com/ayoesietha Riiana

 

Ternyata Kamu


Ternyata Kamu

Aku pun termenung mengingat semua itu. Oh tuhan… sungguh benar-benar membuatku tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Semua yang ku ingat tentangnya itu benar-benar kejadian yang konyol, gila bahkan membuat kami seperti ratu dan raja sehari di taman itu. Tuhan, apakah aku akan bertemu lagi dengannya? apakah dia masih seperti dulu yang lucu dengan kekonyolannya, senyumnya dan tingkahnya yang selalu terbayang di fikiran ini? Apakah dia merasakan apa yang ku rasakan? Entahlah, toh aku juga gak tau sekarang dia dimana dan bagaimana!
Namaku Ananda putri anugrah biasanya dipanggil Nanda. Umurku 18 tahun. Sekarang aku menjadi mahasiswa di salah satu universitas. Aku mengambil jurusan fakultas ekonomi di kampusku. Baru kali ini aku merasakan yang namanya menjadi mahasiswa. Terlintas di fikiranku apakah sama suasana waktu sma dengan kuliah, tapi kayaknya enggak deh soalnya kuliah itu kata kakakku lebih santai bahkan menyenangkan karena lebih banyak mendapatkan teman. Entahlah, aku juga gak tahu soalnya kan baru pertama kali jadi mahasiswa, jadi jalani dulu aja.
Setelah menjalani beberapa hari ospek di kampus, bagi aku gak ada yang menarik disini orangnya juga pada cuek semua, pokoknya bosen banget hari ini. Tapi, ada salah satu dari sekian banyak orang yang secara gak sengaja aku kenal yaitu namanya Radit. Secara gak sengaja aku bertabrakan dengan dia di kantin. Cowok itu tinggi, putih, tapi yang bikin aku kesel tuh orang udah nabrak tapi gak minta maaf malah marahin aku. Sumpah, semula pengen tenangin fikiran malah ketemu sama tuh orang yang gak tau diri, tambah naik darah aku dibuatnya. Aku gak tau siapa tuh orang, yang aku tau kalau ketemu lagi sama tuh orang ingin aku kasih pelajaran tuh orang biar tau bagaimana cara jalan yang benar dan berbicara yang sopan.
Tak terasa pagi pun menjelang, suara burung pun berkicauan hingga membangunkanku dari mimpi yang indah malam tadi. Suara jam weker pun berbunyi menunjukkan pukul 06.00, aku pun langsung membereskan tempat tidur dan bergegas mandi. Lalu, aku pun langsung turun ke bawah untuk makan pagi, karena sudah ditunggu oleh papa, mama dan kak vino. Kemudian, aku pun langsung berangkat dengan kak vino ke kampus.
Di perjalanan, aku pun sempat berfikir “semoga saja aku gak ketemu sama tuh orang lagi dan berharap hari ini hari keberuntunganku. “kamu kenapa dek, kok wajahmu ditekuk seperti itu. Kan hari ini hari pertama kamu kuliah, harusnya seneng dong adikku tersayang”. Jawabku “gak apa-apa kok kak, Cuma berharap aja semoga gak ketemu lagi sama cowok yang gak tau diri itu”. “udah lah an, gak usah difikirin lagi soal itu yang penting kamu harus rajin ya kuliahnya jangan kecewain kita”. Jawabku “iya kakakku tersayang, pastinya itu” dengan wajah tersenyum.
Tak lama kemudian, aku pun sampai di kampus. Dengan semangatnya, aku pun langsung masuk ke kelas, tapi tiba-tiba kejadian itu pun terjadi lagi. Oh tuhan… mimpi apa coba aku semalam tiba-tiba tabrakan lagi sama tuh cowok.
Ana “aduh… kamu lagi, kenapa ya harus kamu lagi dan kamu lagi, kamu itu punya mata gak sih, kalo jalan itu liat-liat kenapa kok nabrak aku terus!!!”. “ehh, maafin aku ya, aku gak sengaja tadi soalnya buru-buru”. “ehh kamu, aku gak mau tau yaa gantiin baju aku yang basah ini”. “kamu ini ribet banget sih, aku ini lagi buru-buru banget kamu malah bikin aku kesel, udah nanti aja aku ganti baju kamu gak usah khawatir deh anak baru”. “aku gak mau gantinya nanti, pokoknya harus sekarang, aku ini telat tau mau masuk kelas, emang aku anak baru jadi masalah buat kamu, ayo cepat dong gak usah banyak alasan deh”. “aduh… ini cewek ribet banget deh, ya udah ayo ikut aku kita ganti baju kamu”. Akhirnya mereka pun langsung pergi ke toko baju di depan kampusnya.
Dengan hati yang sama-sama kesal, akhirnya aku pun langsung bergegas masuk ke kelas karena hari ini adalah hari pertama aku belajar, merasakan yang namanya kuliah, suasana yang baru dan teman yang baru, tapi semua itu gak semulus apa yang aku bayangkan karena ketika aku mau masuk ke kelas ternyata dosen udah masuk dan lagi menjelaskan tentang mata kuliah itu. Oh tuhan… apakah aku boleh masuk, ataukah?. Aku pun langsung mengetuk pintu dan berbicara dengan dosennya. Ternyata apa yang aku bayangkan itu ternyata benar-benar terjadi, aku gak boleh ikut belajar dan langsung disuruh keluar sampai mata kuliah bapak itu selesai. Serasa dilempari kertas mukaku karena malu di depan semua orang diusir oleh dosen, mana hari pertama aku kuliah sudah begini, bagaimana selanjutnya, oh tuhan… apes banget deh aku hari ini, semua ini gara-gara tuh cowok awas aja kalau ketemu nanti.
Di sisi lain, Radit pun mengalami hal yang serupa dengan Ana. Ana pun langsung pergi ke kantin untuk menunggu sampai mata kuliah yang selanjutnya.
Aku pun bingung kenapa harus dia, dia dan dia lagi lama-lama ilfil tingkat dewa deh aku sama dia. Tuhan… kenapa harus ketemu orang seperti dia, yang nggak tau diri, nggak bertanggung jawab, semuanya deh. Ingin ku hempaskan semua benda-benda yang ada disini untuk meluapkan semua kekesalanku terhadapnya, tetapi itu tidak mungkin. “Sabar, sabar, sabar Ana, kamu disini itu untuk menuntut ilmu, buat keluarga bangga dan menggapai cita-cita kamu, masa gara-gara hal sepele seperti ini kamu udah nyerah, tetap semangat Ana, Ucapku dalam hati”. Tapi, kalau di lihat-lihat tuh orang mirip sama cowok yang suka sama aku dulu namanya Raditya Putra, apakah dia orang yang aku cari selama ini, soalnya dia mirip banget apalagi sifat, tingkah lakunya dan ucapannya. Oh tuhan… apakah dia benar-benar Radit ku dulu? Nggak deh, nggak mungkin itu Radit, tapi kenapa dia begitu kasar, nggak mungkin ahh aku nggak percaya itu dia.
Hari berganti hari, aku pun mulai semangat dengan suasana yang baru di kampusku, belajar bersama teman baru dan mengikuti beberapa kegiatan di kampus. Tak begitu banyak orang ku kenal di kampus, tetapi aku mempunyai teman akrab yang bernama Angga dan Kerin. Setiap harinya kami selalu bertiga, kemana pun aku pergi pasti disitu ada mereka berdua. Ternyata orang yang buat aku paling ilfill di dunia ini adalah seorang cover boy di kampus. Denger-denger, dia itu cowok yang paling digemari di kampus kerena ketampanannya, gayanya dan bahkan dia juga Ketua Organisasi di kampus.
“Aduh, apa sih spesialnya tuh cowok sampai semua cewek di kampus ini menggilainya, padahal biasa-biasa aja tuh cowok gak ada yang menarik”. “kamu sih yang nggak tau an, dia itu ganteeeng banget tau, mana nih katanya dia belum pernah pacaran masih mau nungguin cinta masa kecilnya”. “udah, udah gak usah dibahas, siapa pun dia gue gak peduli deh” Jawabku.
“Hei, aku pulang duluan ya ngga”. “iya An, hai-hati ya di jalan”. Aku pun langsung membuka pintu mobilku, tetapi tiba-tiba ada yang menahannya dan ternyata itu cowok gila.
“ada apa kamu ngehalangin aku pulang?”, Tanyaku. “hei, aku Radit Saputra, sebelumnya aku minta maaf atas semua yang terjadi antara kita belakangan ini”, sambil mengulurkan tangannya. Aku pun terkejut dan terdiam seperti patung yang tak bisa bergerak sama sekali, detak jantungku pun terhenti sejenak, badanku pun terasa dingin, oh tuhan… Radit Saputra? Apakah benar dia Radit Saputra cowok yang dulu pernah suka sama aku, tapi kenapa dia tidak mengenali aku, apa dia sudah lupa karena dulu aku sempat menolaknya? Sungguh benar-benar membuat pikiranku kacau. “hei, hei, kenapa gak dijawab?”, Tanya Radit. “ehhh… iya, namaku Ananda Putri, nama kamu Raditya Saputra, iya deh aku maafin, tapi lain kali jangan lagi seperti itu, mana kamu kemarin itu kasar sekali sama aku”, Jawabku. “Ananda Putri Anugrah kah? Iya, maafin deh sikap aku kemarin soalnya buru-buru banget kemarin itu, sepertinya kita pernah kenal karena aku dulu pernah suka sama cewek namanya persis banget sama sepertimu”. “Radit? Kok kita bisa sama ya, nama kamu juga sama seperti cowok yang suka sama aku dulu”, Jawabku. “kok bisa ya, atau jangan-jangan kamu beneran cewek yang aku suka dulu? Sepertinya kita harus bicara deh”.
Radit pun langsung mengajak Ana pergi ke sebuah tempat sambil makan siang. Tak terasa waktu pun hampir menunjukkan jam 16.00 WIB, udah sejam lebih mereka bercerita panjang lebar dengan tertawa canda. Ternyata tak disangka-sangka mereka adalah teman yang udah lama gak ketemu.
“gue nggak nyangka deh, ternyata kamu itu adalah Ana yang super galak sekarang udah berubah menjadi wanita yang lebih cantik dan bijaksana walaupun galakknya masih ada”. “hahaha, bisa aja deh kamu dit, aku gak gitu-gitu amat deh, kamu juga udah berubah yang semula anak paling culun sekarang jadi anak cover boy, benar-benar beda banget deh kamu yang sekarang”. Mereka pun saling memuji masing-masing sambil tertawa canda.
“An, gue mau tanya sama kamu tentang kita dulu, aku tau waktu itu kita masih kecil gue juga maklum kok alasan kamu kemarin, tapi gue mau jujur sama kamu sampai sekarang aku belum yang ngerasain namanya pacaran walaupun di kampus banyak cinta yang datang kepadaku, tapi hati ini masih menunggu janji seseorang yaitu kamu”. “ehm, kenapa begitu dit?”. “karena aku masih menunggumu Ana, bagiku kamu itu malaikat kecil yang paling aku sayangi sampai sekarang”, Jawabnya. Ana pun terdiam sejenak dan bingung harus menjawab apa, karena tak disangka dia tidak sia-sia menunggu cinta yang selama ini dia pendam dan ternyata dia pun begitu terhadapnya. Betapa senangnya hati Ana mendengar Radit mengucapkan itu. “iya Radit, ya udah aku pulang dulu ya udah sore nanti dicari oleh keluargaku” dengan wajah tersenyum. Radit pun binggung kenapa Ana gak menjawab pertanyaan tadi, tapi ya sudahlah yang penting aku sudah ngungkapin semuanya sama dia.
Di perjalanan Ana pun senyum sendiri seperti orang gila, di sisi lain Radit pulang dengan wajah yang begitu murung dan bimbang karena sikap dingin dari Ana tadi. Setelah sampai di rumah, Ana pun langsung masuk ke rumah dengan wajah yang begitu gembira hingga semua orang yang ada di rumah heran dibuatnya.
Pagi pun menjelang, terdengar suara burung yang indah, dengan hembusan angin yang begitu sejuk, bunga dan rumput pun bergoyang ria diterjang hembusan angin dan membangunkanku dari tidur yang begitu nyenyak. Aku pun langsung bangun dan berangkat dengan papa karena hari ini aku gak membawa mobil. Masih membekas di hati dengan perkataan Radit sore itu, fikiranku kembali terbayang dengan masa lalu yang kami lewati dulu begitu indah dan lucunya sampai membuatku senyum-senyum sendiri di dalam mobil. “nak, kamu kenapa kok senyum-senyum sendiri begitu”. “gak apa-apa kok pa, Cuma lagi seneng aja hari ini”, Jawabku.
Tak terasa aku pun sudah sampai di kampus. Aku pun langsung berpamitan dengan papa. Lalu, ketika masuk ke kampus yang aku cari itu Radit, tapi setelah aku cari dan bertanya-tanya ternyata gak ada yang melihatnya. “aduh, kemana tuh orang ya dicariin malah gak ada, giliran gak dicari ketemu terus, dasar aneh”, Ucapku dalam hati. Semua anak pun berlarian ke ruang aula katanya ada kejutan yang spesial. Aku males banget ngelihat yang begituan, tetapi tiba-tiba aku ditarik oleh Angga dan Kerin untuk melihat semua itu di aula, dengan terpaksa aku pun ikut dengan mereka.
Tak disangka-sangka kejutan yang dimaksud itu adalah untuk aku. Aku pun terkejut bukan kepalang dengan semua yang direncanakan oleh Radit. Semua orang pun tertuju pada Aku dan Radit. Semua ini seperti mimpi, dengan suasana dan pandangan yang begitu indah.
“perhatian kepada semuanya, gue Radit berdiri disini mau ngasih tau kepada kalian semua, gue mau ngungkapin semua perasaan yang selama ini gue pendem dari dulu sampai sekarang kepada cewek yang gue cinta dan sayang dan selama ini gue tungguin dan akhirnya takdir berpihak kepadaku ternyata kami dipertemukan lagi secara gak sengaja di kampus ini walaupun pertemuannya sedikit nggak enak, tetapi dari situlah aku bisa tahu kalau dia adalah malaikat kecil yang aku cari selama ini yaitu Ananda Putri Anugrah. Ana yang kamu harus tau aku disini selalu menunggumu, walaupun waktu memaksa kita untuk berpisah tetapi ternyata takdir pun mempertemukan kembali kita disini. Perasaan ini masih sama seperti yang dulu karena kamu tetap malaikat kecil yang cantik di hati aku. Aku ada sebuah lagu untuk kamu dan ini akan membuktikan kepadamu kalau aku memang benar-benar mencintaimu. “Masih disini menunggumu berharap kau akan memikirkanku, masih disini menantimu, menanti jawaban atas cintaku, masih disini menunggumu berharap cinta kita kan bersatu” Lirik Lagu Ungu. “Ana, maukah kamu terima cintaku yang selama ini aku tunggu?”. Ana pun terkejut dan terpesona dengan nyanyian dan ungkapan dari Radit mana di hadapan semua orang, dia pun kembali mengingatkan ke masa lalu, bagai putri dan raja sehari aku dan dia disini di tengah orang banyak. Jantungku pun berdegup kencang tak henti-henti seperti kereta api yang melaju cepatnya, mulutku pun terdiam dan bingung entah mimpi atau khayalan belaka yang kurasakan sekarang, tetapi ini lah kenyataan yang begitu membuatku bahagia setengah mati, orang yang selama ini aku cari bahkan ku tunggu-tunggu ternyata ada di depanku dan menyatakan semua perasaan di hadapan semua orang. Oh tuhan… terima kasih karena kau telah mempertemukan kami kembali. Dengan lantangnya, aku pun langsung menjawabnya “Radit, iya aku terima cinta kamu”, Jawabku.
Radit pun terharu dan bahagia akhirnya orang yang dicintainya itu menerimanya. Semuanya pun bertepuk tangan dan turut senang dengan kebahagian Ana dan Radit. Radit pun langsung memeluk dan berbisik di telinga Ana “Terima Kasih Karena Kau Mencintaiku Sayang”.
 Sumber :
Cerpen Karangan: Delfi Anwar
Facebook: Delphi Siieehanag Yankclu Cria
Nama: Delfi Anwar
Twitter: @delfihaniza08

 

Pelajaran Yang Sangat Bearti


Hari ini ridho tampak kesal, lantaran uang sakunya telah habis pada saat pulang sekolah.
Ketika dalam perjalanan dia kehausan dan kecapekan, dia melihat ada sebuah air mineral tergeletak di dekat gerobak pak sarno.
‘Nah ajibb nih mumpung gak ada pak sarno yang nunggu itu gerobak, gue ambil aja tuh air mineralnya lumayan buat ngilangin haus gue’. Ujar ridho dalam hati.
Ketika ridho mulai menghampiri gerobak pak sarno, dan langsung meminum air mineral yang ada di gerobak pak sarno, ridho pun kaget ketika dirinya sedang meminum dengan nikmat, tiba-tiba pak sarno menepuk pundak ridho. “Hayoo nak ridho sedang mengambil air mineral bapak yah” ujar pak sarno yang sedang memergoki ridho sedang meminum di gerobaknya yang sepi.
“Enggak kok pak saya hanya ingin melihat di gerobak pak sarno, selain sebagai penjual bakso bapak jualan apa aja?” Ujar ridho kepada pak sarno dalam keadaan gugup, setelah tau kalau dirinya mau mencuri!
“Udah nak ridho ngaku aja, kalau gak ngaku apa aku bilangin ke orangtuamu gimana ridho biar tau kalau kau anak yang nakal apa perlu aku ke sekolahmu di man 2 lalu ku ceritakan kepada wali kelasmu bu ana, biar beliau tau kalau di luar muridnya kurang ajar”. Ujar pak sarno dengan nada yang sangat ketus!
“Jangan deh pak ampuni saya pak, aku janji gak akan mengulangi seperti itu lagi”, ujar ridho dengan nada yang takut.
“Ok bapak maafkan. Akan tetapi harus ada satu syarat”
“Syarat apa itu pak?”. Tampak ridho semakin penasaran.
“Bagaimana nak ridho bantuin bapak selama 1 minggu bekerja, bapak janji deh gak akan melaporkan masalah ini ke orangtuamu dan wali kelasmu, kalau kamu mau sih. Tapi kalau gak mau gak apa-apa kok”. Ujar pak sarno dengan senyum.
“Iya deh pak saya setuju dengan permintaan bapak, mulai besok habis pulang sekolah saya akan kesini lagi dan bantuin bapak bekerja”.
“Kalau begitu kita sepakat ya nak ridho, ya udah sekarang nak ridho pulang tapi jangan lupa sama janjinya besok”.
“Iya pak saya tak pernah berbohong dan ingkar kepada bapak”. Ujar ridho secara lesu.
Setelah itu dia langsung pulang menuju rumah, tampak ada perasaan menyesal dan bersalah pada diri ridho.
‘Bodoh aku kenapa aku melakukakn tindakan yang konyol seumur hidupku, tapi gak apalah nasi telah menjadi bubur, hal itu sudah terjadi’. Ujar ridho dalam hati. Tampaknya dia sangat kesal apa yang dilakukannya tadi.
Hari demi hari yang terlewati tak terasa ridho sudah bekerja selama 5 hari bersama pak sarno. Ridho setelah cuci mangkok, makan dulu sana. Bapak udah nyiapin bakso di mangkok untuk nak ridho. Tak habis pikir ridho pun kaget ternyata pak sarno sangat baik hati kepada dirinya. Pikir dia dalam hati.
Setelah selesai makan bakso ridho pun sangat lesu dan murung, melihat ridho tiap hari murung lalu pak sarno memberanikan diri bertanya kepada ridho
“Nak ridho. Apakah nak ridho punya masalah?”. Tanya sarno pada ridho
“Tidak pak, saya tidak mempunyai masalah” ungkap ridho dengan nada yang ketus.
“Lalu kenapa nak ridho selalu murung tiap hari?”
“Begini pak saya mempunyai banyak tugas pr di sekolah, tapi tak satu pun saya mengerti”. Ujar ridho secara mengeluh.
“Begini saja nak ridho, nak ridho pulang ke rumah dulu bawa pr tugas sekolahnya kesini sapa tau bapak bisa membantu tugasnya nak ridho..”
‘Apaaaa… Aje gile nih pak sarno tukang bakso bisa bantuin nyelesain tugas gue’. Ungkap ridho di dalam hati.
Lalu setelah itu ridho pun pulang untuk mengambil tugas sekolahnya lalu langsung di berikan kepada pak sarno.
“Ini kan sangat mudah nak ridho untuk tugas ipa biologi bapak punya buku kamus senyawa, untuk matematika bapak akan ajari nak ridho soal diagram dan rumus phytagoras lainya lalu untuk bahasa inggris bapak punya kamus di bawah gerobak bapak, ambil aja gak apa-apa nak ridho buat belajar”.
Setelah aku buka di bawah gerobak pak sarno. Astaga ternyata di bawah gerobak pak sarno ada bermacam-macam buku ilmu pengetahuan.
Baru kusadari setelah kutanya pada pak sarno, ternyata pak sarno seorang sarjana lulusan wisuda guru fkip, pak sarno menjadi tukang bakso saat ini karena minimnya lapangan kerja pada negeri ini. Baru kusadari ternyata aku tiap hari bergaul dengan seorang sarjana yang berprofesi sebagai penjual gerobak tukang bakso.
Sejak saat-saat itu aku pun mudah mengerti apa yang diajarkan oleh pak sarno dan alkhamdulilah sekarang aku menjadi peringkat 3 terbaik se man 2 surakarta berkat jasa pak sarno yang tak kalah sabar mengajariku sampai bisa.
Alkhamdulilah mungkin ini adalah pelajaran yang sangat berarti bagiku atas peristiwa ini.
Cerpen Karangan: Fahmee Segaf Bahamish
Facebook: Fahme Bahamish

Izinkan Kami Berkumpul Kembali di Surga

 

Pagi ini matahari terlihat cukup cerah, Seperti tiga hari sebelumnya aku berangkat dengan memakai seragam putih biruku untuk melaksanakan ujian nasional hari terakhir tingkat SMP. Tak ada yang berbeda dengan hari sebelumnya, aku telah menyiapkan diri untuk UN B. Inggris pada hari ini, namun perasaan hatiku sedikit berbeda, hatiku gundah dan kurang tenang. Aku masih teringat wajah ayah Satu jam lalu yang tergulai lemah di rumah akibat penyakit yang dideritanya. Aku berangkat ke sekolah dan tak lupa mencium tangan ayah untuk meminta do’a agar diberi kemudahan dalam ujian pada hari ini. Senyum selalu tersimpul di wajah ayah yang sudah keriput, padahal sakit yang diderita ayah menyulitkannya untuk sekadar tersenyum. Hanya ada aku, Della adikku, dan ayahku yang tinggal di rumah sederhana hasil kerja ayah sebelum menderita penyakit itu. Sedangkan ibu, kini menggantikan posisi ayah mencari nafkah untuk hidup dan mengobati penyakit ayah dengan bekerja sebagai TKI di Arab Saudi.
Ibu bekerja disana sejak ayah menderita penyakit kanker dua tahun yang lalu. Selama Ayah sakit, selama itu pula Ibu tak ada disini, hanya ada paket kiriman yang datang rutin setiap bulan, paket yang berisi surat yang menceritakan kondisi ibu disana dan uang yang cukup untuk hidup sebulan kedepan dan biaya untuk pengobatan ayah. Bukannya ibu tak sayang pada ayah, aku dan Della, tapi keputusan dua tahun silam memang tanda cinta ibu dalam bentuk yang berbeda. Sebagai anak tertua aku bertanggung jawab menggantikan posisi ibu untuk menjaga Della dan merawat ayah yang sedang sakit.
Hari kelulusan telah tiba, aku mendapat nilai kedua tertinggi di sekolahku, dan tertinggi ketiga di provinsiku. Aku sangat senang dan aku ingin segera mengabarkan berita bahagia itu kepada ayah dan Della yang ada di rumah, serta ibu yang ada di negeri nan jauh disana. Setelah mengirimkan surat untuk ibuku, aku segera bergegas meninggalkan kantor pos untuk segera pulang ke rumah. Jika tidak ada masalah dalam distribusi maka tiga hari kedepan surat itu akan sampai ke tangan ibu.
Bulan ini ibu belum mengirim uang untuk kami bertiga, tidak biasanya kiriman terlambat sampai 3 minggu, pertanyaan serta kekhawatiran tentang kondisi ibu pun muncul di benakku. Belum juga pertanyaan itu terjawab, aku dihadapkan dengan kondisi ayah yang semakin parah, badannya tinggal kulit dan tulang, badannya kejang, aku kaget dan panik dengan kondisi ini. Aku segera membawa ayahku ke rumah sakit terdekat dengan meminjam becak milik tetanggaku yang kebetulan sedang tidak beroperasi. Dengan seragam yang sudah lusuh dan basah dengan keringat, aku terus mengayuh becak menuju rumah sakit yang berjarak sekitar 5 km. Aku takut kehilangan ayahku.
Siang hari ini sangat berat buatku, selain harus menenangkan diriku sendiri, ia juga harus menenangkan adik kecilku yang dari tadi terus menangis. Ayah sedang ditangani oleh dokter, aku dan Della hanya bisa berdo’a pada Allah, soal biaya aku bisa memakai uang untuk kuliahku yang telah aku kumpulkan sejak SD. Aku percaya kepatuhanku terhadap orangtua akan membawaku kepada kesuksesan.
Hari sudah semakin petang, mentari hampir tenggelam di ufuk barat bersama sinarnya yang telah menerangi sepanjang hari, hari yang tak akan terlupakan bagi aku. Dokter keluar dari ruang penanganan, wajahnya datar sehingga aku sama sekali tak bisa menangkap apa arti dari raut muka dokter itu. Jantungku tiba-tiba berdebar kencang saat dokter semakin dekat menghampiri dan mengatakan bahwa ayah telah bersama sang pencipta. Aku semakin lemas, tergulai dengan tangisan yang tak terbendung lagi, Della pun semakin menangis histeris, semua ini bagai mimpi buruk bagiku. Aku tak menyangka ayah pergi begitu cepat, tanpa hadirnya ibu yang mungkin bisa menenangkan perasaan kami yang belum mengerti. Kematian telah memisahkan aku dan Della dengan ayah, orang yang selama dua tahun terakhir selalu bersama kami. Kematian telah memisahkan sesuatu yang awalnya satu, karena memang dunia ini hanya sebuah tempat transit.
Kesedihan sangat aku rasakan, terlebih bagi Della, mengurus jenazah bukanlah hal yang mudah bagi anak seumuran kami, untunglah ada banyak tetangga yang mau membantu kami mengurus jenazah ayah mulai dari memandikan sampai menguburkan. Aku telah menerima kepergian ayah dengan ikhlas, namun ketidakberadaan ibu di tengah-tengah kami membuat kesedihan datang kembali, kesedihan akan hidup sepi tanpa orangtua di sisi.
Entah mengapa ibu tak bisa dihubungi, kabar kematian ayah pun belum aku kabarkan pada ibu. Sebagai orang yang telah mendampingi ayah lebih dari 16 tahun tentu ibu berhak tahu akan kabar ayah, termasuk kabar meninggalnya ayah.
Jenazah telah selesai disholatkan, sekarang jasad ayah hanya tinggal dimakamkan di TPU dekat rumah. Matahari setinggi tombak dengan sinarnya yang terang menemani proses pemakaman ayah. Aku cukup tegar walau aku tak bisa membohongi kepedihan hatiku dengan tetesan air mata yang tanpa sadar mengalir deras di pipiku. Sedangkan Della tak sanggup untuk ikut ke pemakaman, ia tetap tinggal di rumah ditemani tetanggaku.
Waktu dzuhur telah tiba, rombongan pengantar pemakaman ayah telah kembali ditemani sinar matahari siang yang cukup terik. Aku merasa lelah karena tidak tidur sejak kemarin, aku memutuskan untuk istirahat sejenak setelah selesai menunaikan sholat dzuhur bersama Della.
Baru saja aku akan masuk ke alam mimpiku, tiba-tiba pintu rumahku diketuk seseorang yang memanggil namaku, suara itu tidak asing terdengar di telingaku. Ternyata suara itu adalah suara bu Yasmin, tetangga samping rumahku yang selalu membantu aku dan keluargaku, beliaulah orang kepercayaan ibu untuk menjaga aku dan Della. Memang sudah lama ibu tidak memberi kabar kepada bu Yasmin melalui telepon, namun siang itu akhirnya salah satu nomor telepon Arab Saudi muncul juga di telepon milik bu Yasmin. Bu Yasmin membiarkan teleponku tetap menyala ketika ia pergi untuk memberi tahu kabar ini kepadaku dan Della. Kabar yang memunculkan harapan dan kebahagiaan baru bagiku dan Della. Dengan segera aku pergi ke rumah bu Yasmin. Ketika gagang telepon diletakkan di telingaku hanya ada suara “nuuuuttt nuuuttt”, tanda telepon terputus. Harapan itu seperti hilang dalam sekejap bersamaan dengan hilangnya suara “nuuttt” yang terdengar di telepon tadi.
Bu Yasmin segera memeriksa telepon yang tadi terputus, ternyata ada sebuah pesan suara dari ibu. Pesan yang singkat namun sangat bermakna, “Bu Yasmin, aku tak bisa lama-lama, tolong sampaikan pada Ardhi dan Della kalau aku rindu dan akan selalu mendoakan mereka dan juga untuk ayah yang sudah tiada. Aku akan segera kembali merajut hari bersama kalian. Aku tak mau kehilangan orang yang aku cintai sedangkan aku tak bisa melihatnya untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin kembali berkumpul bersama anak-anakku tersayang. Ibu akan kembali untuk kalian, Ardhi dan Della. Terima kasih Yasmin.”.
Aku tersentak dan suasana hati seakan dapat merasakan keberadaan ibu di hadapanku. Walau aku seorang lelaki tapi aku tak dapat memungkiri rasa rindu yang mendalam pada ibu. Tetes air mata mengalir membasahi pipiku. Aku pun kembali ke rumah dengan sebuah harapan suatu saat nanti ibu akan segera kembali menemani aku dan Della yang tak punya siapa-siapa lagi. Hanya do’a yang bisa terus ku panjatkan pada sang Maha Kuasa.
Seminggu setelah kepergian ayah membuat aku dan Della semakin ikhlas dan tabah, untungnya ada Bu Yasmin yang selalu siap membantu mereka jika ada suatu kekurangan dalam hal finansial. Hari pendaftaran murid baru akan segera berakhir tiga hari kedepan, hampir saja aku lupa kalau aku harus tetap melanjutkan sekolah untuk menggapai mimpi-mimpi masa kecilku. Kini masa liburan telah habis, liburan yang tak akan terlupakan bagiku, liburan yang sepi tanpa ayah, menyelusuri kekutaan hidup yang akan dialami oleh setiap orang, meninggalkan atau ditinggalkan.
Kini aku telah duduk di bangku SMA, kini Aku telah menata hidupku kembali, membuka lembaran baru dengan semangat baru pula. Hanya ada satu permintaanku yang selalu ku panjatkan dalam setiap do’a dalam sholatku, aku ingin ibu segera kembali, sudahi bekerja disana, lebih baik disini rumah kita sendiri.
Siangnya aku pulang lebih awal karena KBM memang belum dimulai. Tiba-tiba langkahku terhenti tepat di halaman rumahku, Aku merasa ada sesuatu yang berbeda, aku melihat sebuah sandal yang tertata rapi di depan rumah, sandal yang dua tahun ia lihat terakhir sebelum pesawat mengantarkan ibu terbang ke Arab Saudi. Aku bergegas masuk ke dalam rumah, naluri antara ibu dan anak terasa kuat, aku merasakan kehadiran sosok wanita yang paling kucintai hadir di dekatku. Aku melihat seorang wanita berkerudung panjang duduk sambil memeluk dan menangisi foto ayah. Tidak salah lagi, itu ibu, ibu yang selama ini kehadirannya selalu dirindukan oleh aku dan Della. Aku segera memeluk ibu, tangis haru dan rasa syukur menemani pertemuan kami. Kini penantian telah berujung, entah berapa ribu do’a yang telah terpanjat hingga kini semua itu bukan hanya sebatas mimpi dan do’a, tapi telah menjadi sebuah kenyataan dari suratan Ilahi. Aku sangat senang ibu sudah kembali, kini hanya do’a yang bisa aku kirimkan untuk ayah di alam yang berbeda, yang telah pergi menuju keabadian mendahului kami. Aku hanya berharap Tuhan mengizinkan kami berkumpul kembali di surga yang abadi.
Sumber : Cerpen Karangan: Rahma Sukmawati
Blog: rahmarastafawa.blogspot.com

 


Apa yang ku berikan untuk mama untuk mama tersayang tak ku miliki sesuatu berharga untuk mama tercinta hanya ini ku nyanyi kan senandung dari hati ku untuk mama hanya sebuah lagu sederhana lagu cinta ku untuk mama
Ku nyanyikan lagu ini dengan sepenuh hati jari jemari ku sudah sangat ahli memainkannya, 2 hari lagi adalah hari yang aku tunggu selama ini yaitu lomba menyanyi sambil bermain piano, sudah jauh-jauh hari aku mempersiapkannya mudah-mudahan di lomba ini aku bisa membawa pulang piala dan ku persembahkan untuk ibu, amin
“Fanny” panggil wanita tua separuh baya yaitu ibu ku
“Iya ibu ada apa?” Sahut ku
“Sejak dari tadi ibu perhatikan kau berlatih terus apa kau tidak lelah? Istirahat lah sebentar nak ibu tidak mau kau sakit” nasihat ibu kepadaku
“Tidak ibu fanny tidak lelah fanny senang melakukan ini, fanny gak sabar deh bu menanti hari dimana yang fanny tunggu-tunggu fanny ingin membawa pulang piala dan ku persembahkan untuk ibu, doa’in fanny yah bu agar fanny bisa menang” ucap ku meyakini ibu dengan perasaan ceria
“Ya sudahlah jika itu mau mu, ibu akan selalu mendoakan mu” ucap ibu lalu langsung memeluk tubuh mungil fanny
“Fanny sayang ibu” membalas pelukan sang ibu dan ibu hanya terdiam dan tersenyum tipis
Dan kenapa tiba-tiba penyakit ibu kambuh lagi ibu selalu saja batuk dan batuknya mengeluarkan darah, sebenarnya ibu sudah lama mengidap penyankit kanker paru-paru tapi ibu masih sangat kuat melawan penyakit ini aku tidak mau kedua kalinya harus kehilangan seseorang yang aku sayangi setelah ayah, ayah pergi meninggalkan kami berdua saat aku berumur 5 tahun ayah meninggal karena kecelakaan maka dari itu aku tidak mau kehilangan ibu.
“Ya allah ibu! Ibu tak apa? Apa ibu sudah minum obat?” Tanya ku dengan perasaan cemas
“Tidak ibu tak apa ibu sudah minum obat” jawaban ibu cukup melegakan hatiku
“Ya allah cabut lah penyakit ini dari ibu aku tidak kuat melihat kondisi ibu semakin lama semakin lemah, aku sayang ibu ya allah aku gak mau kehilangan ibu” ucap batin ku meminta
2 hari telah berlalu hari dimana yang aku tunggu telah datang ini saatnya aku unjuk ke bolehan di depan mata orang banyak dan tak lupa ibu datang tuk mensupport ku ibu datang bersama bi inah pembantu yang sudah kami anggap sebagai keluarga, semua peserta berjumlah 50 dan aku mendapat urutan ke 19 nomor yang bagus sungguh sangat hebat dan keren peserta-pesertanya tapi aku tidak boleh kalah dari mereka.
Kini waktunya giliran ku tuk maju, ku bernanyi dan bermain piano sungguh menjiwai seolah-olah ini nyata ku persembah kan untuk ibu, dan tak kusangka semua orang kagum melihat ku mereka semua bertepuk kepada ku aku pun senang senyum tipis ibu terlihat bangga kepadaku. Di tengah acara ku lihat wajah ibu memucat makin lama pucat disertai batuk yang tidak enak didengar aku tak tega melihat kondisi ibu sesekali ku tanya “APA IBU TAK APA?” Ibu menjawab “tak apa” melegakan hati ku, tapi tak lama tiba-tiba tubuh ibu jatuh pingsan tak berdaya cepat-cepat ku panggil ambulan. Tak lama ambulance datang ku tinggalkan acara ini demi mengantarkan ibu ke rumah sakit, saat di perjalanan ibu sempat sadar
“F-a-n-n-y kenapa kau disini?” Tanya ibu lemah diserati batuk
“Aku ingin menemani ibu aku tidak peduli dengan lomba itu” ucap ku tegas berderailah ait mata ku yang tak kuasa melihat kondisi ibu
“Pergilah nak bawa pulang piala itu untuk ibu bukan kah kau sudah janji!”
Perkataan ibu mengingatkan sesuatu aku teringat dengan ucapan ku aku harus membawa pulang piala itu dan ku persembahkan untuk ibu IYA HARUS!
Aku menuruti perintah ibu aku turun dari ambulan dan berlari menuju perlombaan itu!, Tak lama kini saatnya pembacaan pemenang lomba sungguh membuat ku tegang dan rasa khawatir dengan kondisi ibu, dan tak ku sangka panitia perlombaan itu menyebut namaku sebagai pemenang sungguh tak bisa dibayangkan persaan ku saat ini bersyukur kepada allah tak henti-hentinya semua orang mengucapkan selamat kepada ku tapi aku teringat akan soal kondisi ibu. Tanpa membuang-buang waktu aku berpamit kepada panitia untuk pulang lebih awal dan panitia menizinkan secepat kilat aku menuju rumah sakit dan mencari keberadaan bi inah, tak lama kudapati bi inah sedang duduk di ruang tunggu mungkin sedang menunggu dokter keluar memeriksa ibu tapi dugaan ku salah bi inah menagis terisak-isak membuat ku khawatir.
“Bi ibu mana?” Tanyaku pada bibi tapi bibi hanya terdiam dan menagis
“Ibu mana bi?” Desak ku
Bi inah memandang ku penuh berderaian air mata
“Ibu non” ucap bibi dengan air mata yang masih berjatuhan
“Iya ibu mana?” Tanya ku sekali lagi
“Ibu Me-ning-gal!, dan sekarang ibu di ruang mayat”
Sungguh tak percaya apa yang ku dengar ini gemetar tubuh ku tak terkendali, langsung ku berlari ke ruang mayat sambil membawa piala. Sampai di sana ku buka kain kafan yang menutupi seseorang mayat dan saat ku buka ternyata benar mayat ini mayat ibu.
“Ibu!!! Ibu kenapa tinggalin fanny? Lihat ini fanny udah bawa pulang piala yang udah janjiin ke ibu tapi ibu kenapa tinggalin fanny? Ibu bangun dong! Bangun ibu bangun!!! Ya allah kenapa secepat ini kau ambil ibu ku? Aku tidak punya siapa-siapa lagi! Sekarang aku yatim piatu, kenapa ya allah? Kenapa??”
Air mata semakin deras berjatuhan disertai suara isakkan ku yang keras tak terkontrol aku belum bisa menerima kenyataan ini.

Semua orang sudah pergi tinggal aku yang berada di kuburan ayah sama ibu, kuburan ayah sama ibu bersampingan dan aku duduk di tengah
“Ibu fanny taruh pialanya disini ya dekat nisan ibu, fanny kan udah janji piala itu untuk ibu, fanny juga janji gak akan nangis lagi dan akan selalu doain ayah sama ibu mudah-mudahan ayah sama ibu bahagia disana” Ucap ku terbata-bata mencoba kuat dan menahan air mata ini
Ku lihat bayangan ayah sama ibu berpakaian serba putih dan cahaya yang sangat terang sekali sampai silau mataku melihatnya mereka tersenyum kepadaku dan melambaikan tangan
“Ayah ibu?” Seru ku dan bayangan putih itu pergi entah kemana
THE END
 Sumber :
Cerpen Karangan: Laila Rahmawati
Facebook: Laila Rahma
 

Semerbak cahaya matahari pagi, masuk ke celah-celah kebahagian baru yang datang menyelimuti semangat baru beserta menggantikan secercah luka dengan kedamaian.
“feb, cepetan udah nunggu temannya tuh!” teriak mamaku dari teras. “bentar ma, ni lagi makai sepatu” sahutku. Tak lama setelah selesai, aku dan irna sahabatku pamitan kepada mama dan mencium telapak tangan mama.
Di sekolah, hari ini adalah hari pertama MOS, perlengkapan kita kayaknya ada yang kurang, pikir ku dalam hati.
Murid-murid berbaris dengan teratur, dan kakak-kakak kelas yang bertugas memeriksa semua perlengkapan kita. “hei kalian berdua, maju ke depan” bentak kak Riska. Ternyata yang ku duga benar kami lupa memakai jam tangan dari kulit pete. Memang kemarin kami sudah mencari tapi sulit mendapatkannya.
Aku dan Irna berdiri ketakutan di depan soalnya cuman kita berdua yang gak bawa peralatan lengkap. “kalian berdua cabuti rumput yang ada di halaman sana, sama disapu juga” suruh kak Riska. Orang yang paling nyebelin.
Gimana gak nyebelin coba? Kita berdua sudah siap kena hukum dia suruh lagi ngepel, jelas aku langsung berontak. “hukuman tadi aja capek, masak ditambah lagi?” tanyaku kesal. “ini anak ngebantah pula, kerjakan sana” bentaknya dengan nada yang makin tinggi. “males ah” pekikku.
Lalu, ia mendatangi ku dan menggeram marah, menjambak rambutku dan mengacak-acaknya. Sontak aku kaget, dan langsung mendorongnya hingga dia terjatuh dan sikunya berdarah. Merasa anggotanya dilukai akhirnya si ketua ospek (dista) rese juga ngerjain aku dengan mengikat ku di tiang basket. Aku menggeram kesakitan, tali yang mengikat sungguh membuat tangan ku kesakitan dan merah. Untung aja ada kakak panitia yang baik (vino) dia yang membantuku melepaskan tali itu. “kalian keterlaluan” bantahnya kepada Dista. “udahlah vin, anak kayak gitu ngapain dibantuin” sergah dista.
Di UKS vino mengobati tangan ku yang merah bekas tali tambang itu dibantu oleh Irna. Tak sengaja mereka beradu pandang, membuat perasaan aneh mucul di benak ku. Oh. Apakah ini cemburu? Apa secepat itu. Mustahil banget
MOS pertama berlalu, aku dan Irna segera pulang. Di perjalanan kita dicegat oleh si ketua panitia MOS DKK. “hmm.. gue minta maaf ya, Udah buat tangan lo sakit!” katanya kepadaku. Aku terbengong melihat kelakuan anehnya, ada setan apa yang memasuki tubuh ni anak, kok minta maaf sama aku. “gak papa santai aja” jawabku sambil berlalu. Dengan sigap ia manarik tanganku sontak aku kaget dan melepaskannya “gue anterin pulang yuk” ajaknya. “rumah gue dekat kok kak, jalan kaki juga bisa, lagipula gue pulang bareng Irna” sahutku panjang lebar. Tapi ia tetap memaksa dan memaksa dan akhirnya aku pun pulang bareng. Juga irna yang diantar temannya.
Dia iseng, dia mengajakku mutar mutar keliling kota ini, membuatku bosan, tanpa berkata sepatah kata pun. Bolak balik dia mengajakku bicara namun tak ku sahuti.
MOS KE 2. Hari ini aku dan irna tidak dikerjai lagi oleh mereka, mereka berubah menjadi baik dan gak iseng. Namun, tetap saja kak Riska yang super duper nyebelin itu buat tampang gak suka ke kita. Dia itu mah super killer.
Kita ditugasin buat nyanyi dan akan menjadi peserta uji nyali besok di akhir acara MOS. Tapi entah bagaimana bisa, aku disuruh buat nyanyi seriosa besok, *mampus gue* pikir ku dalam hati. Aku yakin sekali dia ingin mengerjaiku lagi.
Di bawah pohon belakang sekolah. Aku nyanyi gak jelas. Tapi irna gak ikut karena dia ditugasin buat ngatur properti. Tiba-tiba “heii” sapa seseorang yng ternyata kak Vino. “oh.. eh.. Kakak. Ada apa kak?” tanya ku. “gak papa kakak pengen dengar kamu nyanyi” sahutnya dengan senyum yang mengembang.
Aku pun bernyanyi dengan suara ku yang alami. Dia bertepuk tangan tanda suara ku bagus. OMG apa benar itu? Jangan kepedean dulu.
Esoknya aku tampil, setelah aku tampil bnyak yang bertepuk tangan, itu tandanya suara ku tidak jelek-jelek amat, aku merasa senang sekali.
Acara terakhir bandnya kak dista yang nyanyi. Wah ternyata dia manis dan juga keren ya?, pikir ku. Tiba-tiba namaku dipanggil dan aku langsung maju ke depan.
“feb, sebenernya gue suka sama lo? Mau gak jadi pacar gue?” tanya dista dengan wajah memelas. Aku sangat malu banyak orang yang menyoraki tanpa pikir panjang aku pun menerimanya, wah. Ternyata dia suka gue.
Di kejuhan ku lihat kak Riska marah-marah gak jelas. Gue gak peduli yang penting happy
 Sumber :
Cerpen Karangan: Novelinda Febriany S.
Facebook: Novelinda Febriany Silalahi
twitter gue: @novelindanovi

Tentang Lo dan Gue


Tentang Lo dan Gue

Seorang cewek menangis di tepi tempat tidurnya, entah apa rasanya hatinya saat ini, dia hanya bisa mengeluarkan air matanya. Seorang itu bernama gladis putri rahayu, keturunan orang indonesia asli. Dia menyukai seseorang yang tidak mengerti perasahannya.
Saat ini. Cuman 3 hari dia merasa seperti bidadari yang diberi malaikat tanpa sayap oleh tuhan. Seorang malaikat itu bernama rizky kurniawan, seorang yang cuek, perhatian dan romantis. Tapi itu cuma 3 hari yang dilalui gladis dan rizky, di saat ini mereka jarang ngobrol, tidak seperti saat itu, disaat gladis merasakan perasaannya manisnya itu cinta
Disaat ini gladis cuman melihat rizky dari jauh bila gladis memanggil rizky, rizky selalu menghindar, entah apa salah gladis ke rizky? Tapi rizky tidak pernah cerita tentang soal itu ke gladis. Cuman salah satu yang pernah dibilang rizky ke gladis “gaya kamu kekanak-kanakan”
Gladis pernah berfikir sejenak tentang yang dibilang rizky, dan gladis membicarakan ini dengan silvi teman mereka berdua. Silvi berkata “bukannya dia yang gaya ke kanak-kanakan dari pada elu ya kak?” sambil berfikir dan tertawa
Gladis tersenyum “iya juga sih, elu pikir aja deh tuh orang kekanak-kanakan dari pada gua dan masa iya gua dibilang anak anak sih”
Disaat itu rizky keluar dari rumah dengan sepedanya dan silvi memanggilnya “rizky!” rizky menoleh ke silvi “ada apa?”
“yang ke kanak-kanakan di sini siapa sih elu atau kak gladis?” silvi tertawa dan gladis juga ikutan tertawa
Di saat itu rizky binggung apa yang dibilang silvi “entah, ngak tau tuh” masuk lagi ke rumahnya “kenapa tuh anak, aneh banget jadi cowok” silvi masih tertawa dan gladis cuman mengangkat kedua bahunya.
1 bulan telah berlalu, gladis sama rizky masih tetap sebulan yang lalu, di saat gladis duduk di taman dekat rumahnya bersama adiknya rizky yaitu aldo, dia ngobrol tentang rizky, kalau rizky akan pindah ke luar kota buat tinggal sama ayahnya. Gladis cuman diam dan menunduk
Tertawa “sabar ya kakak, jodoh pasti bertemu” Gladis menoleh ke aldo “makasih ya aldo”
Gladis menyanyikan lagu afgan – jodoh pasti bertemu
Cerpen Karangan: Avelia Divari

 

Ku Tunggu Kau di Kotaku

Pagi itu, Hujan turun dengan derasnya, semua kagiatan yang biasa dilakukan di pagi hari semua terhambat. Termasuk aku, Aku yang harus bekerja dan berangkat pagi pun sepertinya harus datang terlambat karena hujan. Aku tau, do’a semua orang pagi ini adalah “Ya Allah, tolong berentiin hujannya sebentar aja, aku harus berangkat ni!” Yupss, bener aja pas aku lihat di pemberitahuan Blacberry Mesenger (BBM), Beranda Fb, Twitter semua pasang status kayak gitu.. Tapi, kayaknya tuhan denger Do’a nya semua orang, Akhirnya Hujan pun berhenti! eghhh iya lupa, udah cerita panjang lebar, belum kenalan, nama aku Mira, umur aku saat ini mau masuk 20 tahun, masih muda kan.. Aku saat ini bekerja di sebuah perusahaan swasta. Aku punya pacar, namanya Abi, aku sayang banget sama pacarku. Kita jadian udah jalan 6 bulan, Aku satu kantor sama pacarku, makanya aku ngotot kerja, suapaya aku bisa ketemu sama dia, hehehee, bisa dibilang pacaran satu kantor itu tambahan penyemangat untuk masuk kerja. Buat kalian, kalau mau coba silahkan dan rasakan perbedaannya (hahaha… Promosi..). Tapi inget jangan terlalu mesra ya, kalau lagi kumpul sama temen temen kantor.
Seperti biasa, kalau pagi-pagi, aku dan dia biasa biasa aja. Aku ngerjain kerjaan aku dan dia pergi ke lapangan, so… kalau dari pagi sampai siang, aku tu jarang ketemu sama do’i. Beruntung pagi ini karena hujan, dia gak ke lapangan dan aku masih bisa lihat dia waktu aku dateng, Hari-hari seperti itulah yang aku jalani, sampai hari itu tiba. Pagi pagi aku dapat SMS dari Do’i yang isinya dia pamitan soalnya dia mau pulang karena mbahnya lagi sakit. Aku sih gak terkejut lagi karena dia pernah bilang kalau dia memang mau pulang, karena mau jengukin mbahnya yang sedang sakit. Pagi itu, aku sengaja berangkat lebih pagian, karena aku ingin lihat dia sebelum dia pergi, sekalian ngurusin tiketnya dia.
Sampainya di Kantor aku langsung nyamperin dia “Yank, uda pesen tiketnya..?” Tanyaku menyapanya tak lupa memberikan senyuman pagiku untuknya “udah, tu mas rizal yang lagi pesenin” jawabnya dengan lembutnya, “Udah dapet mas..?” sambil menghampiri meja kerja nya mas rizal “udah ni, tinggal dibayar” jawabnya sambil ngasih selembar tiket “udah yuk yank, kita bayar tiketnya” ajakku ke abi untuk bayar tiketnya.
Pembayaran tiket pun selesai, pesan travel pun udah, tinggal nunggu jemputan ni. Tak ada firasat apa apa waktu itu, semua berjalan seperti biasa, hanya suasana hatiku saja yang sedikit galau karena mau ditinggal pacar dan akhrinya jemputan travel pun datang, dan itulah saat terakhir ku melihat dia…!!!
Awalnya semua berjalan lancar, Komunikasi antara aku dan dia pun masih berlanjut, sampai malam itu, aku mau tidur pun masih sempat komunikasi dengannya “Sayang, aku tidur duluan ya, cuz aku udah ngantuk banget, Good night, Miss U…” pesanku kirim duluan untuknya tak lama dia bales “iya sayang met tidur ya… good night, Miss U tu…” mungkin itu pesan terakhir yang aku terima darinya.
Keesokan paginya, seperti biasa aku kirim pesan duluan ke dia, sekedar untuk membangunkan dia, tapi… uda satu jam pesanku belum juga dibalas, aku telpon gak diangkat, aku positive think aja, kan biasanya dia kalau uda di rumah bangunnya siang. Waktu uda nunjukin pukul 1 dan aku cek di handphone ku gak ada pesan dari dia. Hemm… disitu aku mulai bertanya-tanya, “Masa’ sih jam segini dia belum bangun…?” Tanyaku dalam hati…
Waktu terus berlalu.. tapi dia belum sama sekali bales pesan aku, aku positive think lagi, mungkin aja dia lagi sibuk sampai sampai dia gak sempet balas pesan dari aku, Malemnya pun gitu kok dia belum balas balas pesan dari aku, disitu aku mulai kesal “Kemana sih ni orang, kok dari tadi di hubungin gak direspon sama sekali, apa dia marah sama aku..? tapi marah karena apa..? perasaan malam kemarin baik baik aja… gak ada masalah, tapi kok dia sekarang diemin aku..? Kamu kemana yank… ? lagi apa kamu…? kok kamu gak ngubungin aku sama sekali…?” Gerutu ku dalam hati, seribu pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku.
Sesampainya aku di kantor, Aku cemberut aja, Fikiran aku masih tertuju kepada masalahku dengannya, ada apa ini sebenarnya…? kok jadi gini…? Udah kesel di hati, egh PC ku gak mau nyala lagi haduhhh ini hari sial amat sih, Kalian bisa bayangin gak perasaan aku kayak apa..? Rasanya tu ya, pengen teriak sekenceng-kencengnya. tapi malu ah… ntar disangka kesurupan lagi atau orang gila… iewww.. gak mau akuu…!!!, Hari-hariku serasa kayak berat banget, kalau aku belum tau apa yang nyebabin Abi berubah sama aku, aku coba tanya sama temen temen kantor, tapi mereka bilang gak tau, lagian mereka jarang komunikasi dengannya..! “Haduhhh… Tuhann… apa sebenarnya yang terjadi… kok semua kayak gini…!!! Apa salahku tuhan…” Teriak ku dalam hati.
Entah mimpi apa aku malam itu, hingga siang itu salah satu rekan kerjaku, sebut saja namanya pak anam, dia bilang “Mira, nanti pulangnya bapak anter ya, soalnya ada yang mau saya omongin sama kamu” “oh siap pak” jawabku sambil tertawa kecil karena jarang-jarang dia mau nganter aku pulang, tapi kira-kira apa ya yang mau dia omongin ke aku…?
Jam sudah nunjukin pukul 5 lewat dan waktunya aku pulang, dan pak anam pun uda siap siap mau nganter aku pulang, Karena penasaran, waktu di jalan aku tanya ke dia “Pak, apa sih yang mau diomongin, mira jadi penasaran ni…” tanyaku penasaran, “Nanti, tunggu di rumah saja, gak enak kalau di jalan… tapi kamu gak boleh marah ya.!” Jawabnya sambil pandangan matanya ke depan karena dia sedang bawa motor, Waduhh… apaan ni? kok mesti diomongin di rumah segala terus apa coba maksudnya aku jangan marah tanyaku dalam hati, karena penasaran Banget, aku coba untuk pancing pancing pak anam. “Ayolah pak apaan sih emangnya..?, kok mesti di rumah segala… Apa ini ada hubungannya sama abi…?” Celetukku.. aku langsung spontan ngomongin abi, “Iya… tapi kamu tenang dulu, nanti saya ceritain semuanya tapi di rumah ya” tu kan bener, ada hubungannya sama abi, disitu perasaan ku mulai gak nentu, karena gak sabar denger ceritanya aku suruh pak anam cepat cepat bawa motornya biar cepat sampai di rumah dan dia bisa cerita semuanya, apa yang sebenarnya terjadi dan setibanya di rumah, aku langsung suruh pak anam masuk dan cepat cepat ceritain semuanya “Mira, mas abi sedang mengalami musibah, gak ada orang yang bisa ngehubungin dia, sekarang mas abi gak bisa diganggu dulu, sampai masalahnya selesai..!!” tutur pak anam, seperti kesamber petir siang hari, Air mataku langsung jatuh dan tangisku pun pecah disana, rasanya gak percaya dengan apa yang terjadi… Terus-terusan aku nyebut nama dia, Sesalku pun mulai masuk dalam hatiku, kenapa semua bisa seperti ini… disitu terkuak semua kenapa dia gak hubungin aku… bukan dengan dugaan ku, semua salah… ternyata apa yang aku fikirkan tentangnya beberapa hari ini semua salah… “sayang… maafin aku.. aku gak tau ceritanya, dan aku pun adalah orang terakhir yang diberitahu… Sayang… aku gak nyangka kalau kejadiannya seperti itu…” teriak ku dalam hati… “Istighfar ra.. istighfar nak… ini semua musibah..” Ucap mama, coba tenangin aku, Ya, ini semua musibah yang tak pernah diduga oleh semua orang…
Hari-hariku berlalu setelah aku mendengar kabar itu, tak di pungkiri perasaanku masih sedih, rasanya masih tak percaya, dengan apa yang terjadi… tapi… apapun yang ku fikirkan, memang itulah kenyataan yang harus dihadapi…!! Aku gak boleh cengeng… aku harus kuat, saat ini yang bisa aku lakuin hanyalah berdo’a dan berdo’a… supaya mas abi bisa cepet keluar dari masalah yang tengah ia hadapi dan kita semua bisa berkumpul lagi dengannya… Amin ya Allah…
Sayang… Aku akan selalu tunggu kamu disini, sampai kapanpun… aku akan selalu sayang sama kamu, apapun yang terjadi, apapun kondisi kamu, aku akan jaga cinta kita, sampai kau kembali lagi, datang dengan senyummu yang ku rindu dan kau bawa cintamu kembali padaku… Aku Tunggu kamu di Kotaku.. Kota dimana pertama kali kita bertemu, rasa itu tumbuh, kemudian kita menyatukan rasa itu. Kini akan ku lalui hari-hariku dengan senyum untukmu.
Cerpen Karangan: Wensi Merita
Facebook: Mery Cie Anagk Bungsuo

 


Cinta Tak Harus Memiliki

Ayam berkokok pun berbunyi matahari pun mulai terbit dalam lamunanku aku masih di atas kasurku namun aku masih mengantuk aku membuka mata untuk segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap bekerja. Dan untuk bersiap aku memakai baju putih dan rok hitam dan segeralah aku merapikan tasku memasukan ponsel dan aku pamit kepada mamaku dan aku mencium tangan mamaku.
Panggil saja aku ratih usia ku 21 tahun kini aku segera berangkat dan menuju ke kantorku, nama perusahaan ku adalah kawasaki motor yang di jalan teuku umar barat, sebelumnya aku masih kerja di kawasaki dewi sri dikarenakan komputer untuk ngecek stok gak bisa hidup jadi aku harus dipindahkan ke kawasaki teuku umar.
Dan sesampai di kantorku aku, aku menunggu di lantai atas menunggu karyawan pada belum dateng. Dan setelah beberapa hari aku kerja aku melihat sesosok pria di depanku pertamanyaa sih biasa aja, aku gka ada perasaan apa-apa sama dia, dan aku mempunyai seorang teman namanya taufik dia lumayan baik, perhatian sama aku yaa begitulah dan aku tau cowok yang aku lihat itu meminta pinku tapi dari taufik. Taufik bertanya padaku “pin kamu diminta sama bli de” Nama cowok ini gede, kalo orang bali sih bilangnya bli gitu kalo orang yang lebih tua dari kita. Aku mengatakan ya udah kasih saja buat nambah temen.
Dan semenjak malam itu aku ponselku berbunyi ada bbm masuk dan ternyata dia bbm aku setelah bbman selama semingguan ternyata dia menyukaiku aku belum ada rasa getaran cinta di hati aku. Pas sebulan lalu aku merasakan ada getaran cinta dia begitu baik padaku perhatian dibawakan sarapan untukku oh tuhan.
Dan semenjak itu dia bertanya padaku “udah punya pacar belum” aku bilang belum dan sebaliknya aku menanyakan balik pada dia, dia bilang sudah punya, oh jantungku langsung begitu hancur setelah mendengar dia mengatakan seperti itu.
Dan suatu sore itu aku pergi sama dia, aku begitu menyayanginya dan saat kami berdua dia membicarakan tentang kekasihnya hatiku pun begitu hancur sangat begitu sakit ternyata cinta itu tak harus memiliki…