Minggu, 08 Maret 2015

Resep Membuat Puding Tralala Enak Praktis

Resep Membuat Puding Tralala – Menjelang bulan ramadhan atau pas bulan puasa, pasti banyak yang ingin membuat menu kue – kue atau makanan yang entah itu untuk di konsumsi sendiri ataupun untuk dijual kembali. Nah, pada kesempatan ini admin resep masakan khas akan menshare jenis kue puding yang sangat cocok disantap pada saat berbuka puasa. Resep yang akan kami sahre ini adalah resep membuat puding tralala. Berikut adalah bahan – bahan dan cara membuat puding tralala.
Resep Puding Tralala
Bahan Membuat Puding Tralala :
1 bungkus agar-agar bubuk putih
100 g gula pasir
1 sdm tepung maizena
800 ml susu kedelai tawar
1/4 sdt garam
150 g kuntum brokoli, rebus sampai empuk dan haluskan
150 g wortel kupas, rebus sampai empuk dan haluskan
Cara Membuat Puding Tralala :
  • Langkah pertama, campur agar-agar beserta tepung maizena, susu kedelai gula pasir dan garam. Kemudian masak sampai mendidih dan angkat.
  • Langlah kedua, Bagi 3. Campur 1 bagian adonan dengan wortel lumat, lalu1 bagian lainnya dengan brokoli lumat, sedangkan sisa adonan lainnya biarkan saja tetap putih. Kemudian Jerangkan masing-masing adonan di atas api takaran sangat kecil agar tidak sampai mengeras.
  • Selanjutnya, tuang adonan wortel ke dalam mangkuk cetakan mini hingga setinggi 1/3 cetakan. Kemudian sisihkan sampai agak mengeras. Lalu tuang secara hati-hati adonan putih ke dalam mangkuk cetakan, hingga setinggi 2/3 cetakan. Setelah itu sisihkan sampai agak mengeras dan uang hati-hati adonan brokoli sampai hampir penuh.
  • Terakhir, Sisihkan sampai dingin dan mengeras, kemudian tutup. Lalu simpan dalam lemari es hingga dingin. Setelah itu puding tralala siap untuk disajikan.
Nah, demikianlah informasi yang dapat kami sajikan kepada anda mengenairesep membuat puding tralala. Jika anda suka dengan resep puding tralal tersebut dan ingin tahu resep kue lainnya yang menurut kami juga mempunyai rasa yang tidak kalah enak, anda bisa mencoba resep berikut : Resep Membuat Apem Kukus dan Resep Membuat Pie Susu

Resep Membuat Tempe Mendoan Enak Nikmat

Resep Membuat Tempe Mendoan Enak Nikmat – Bagi anda penyuka tempe mendoang, kali in tim resep masakan khas akan menyajikan Resep Membuat Tempe Mendoan Enak Nikmat khusus buat anda. Adapun bahan dan cara membuat tempe mendoang sebagai berikut:
Resep Membuat Tempe Mendoan
Bahan membuat tempe mendoan :
5 buah tempe
1 batang daun bawang , cincang
minyak untuk menggoreng secukupnya
Bahan lapisan tempe mendoan :
200 gram tepung terigu rendah protein
air bersih secukupnya
garam secukupnya
penyedap rasa secukupnya
Cara membuat tempe mendoan :
  • Langkah pertama, Bahan lapisan : Campurkan tepung terigu , penyedap rasa, dan garam lalu kemudain aduk aduk sambil dituangkan air hingga merata
  • Langkah kedua, Setelah bahan lapisan tercampur rata , masukan cincangan daun bawang , lalu kemudian aduk lagi hingga merata .
  • Langkah ketiga, Siapkan tempe untuk digoreng , iris iris tipis , kemudian celupkan dalam adonan tepung hingga merata .
  • Terakhir, Goreng tempe dalam minyak panas hingga mendo ( setengah matang ) sambil tempe di bolak balik , angkat . dan Tempe Mendoan buatan anda pun siap untuk disajikan
Demikianlah Resep Membuat Tempe Mendoan Enak Nikmat dari kami, semoga bermanfaat untuk anda. Bagi anda yang ingin mengetahui resep tempe lainnya dari kami, Anda dapat mencoba: Resep Membuat Tempe Goreng Renyah atauResep Membuat Tempe Penyet Pedas

Resep Membuat Orek Tempe Teri Medan Praktis

Resep Membuat Orek Tempe Teri Medan Praktis – Bagi anda penggemar masakan olahan tempe seperti orek tempe teri, dan ingin tahu resep membuat masakan tersebut. Segera saja siapkan alat tulis anda untuk mencatat bahannya, karena kali ini kami akan mencoba menyajikan Resep Membuat OrekTempe Teri Medan Praktis. Adapun bahan dan cara membuat orek tempe teri adalah sebagai berikut :
Resep Membuat Orek Tempe Teri Medan
Bahan dan Bumbu Orek Tempe :
125 gram tempe
20 gram teri medan
50 gram kacang tanah kupas
2 lembar daun jeruk
50 ml air
minyak goreng
2 sdm air perasan asam jawa
3 sdm gula merah
Bumbu halus :
6 buah cabai merah
4 butir bawang merah
3 siung bawang putih
2 cm lengkuas
½ sdt garam
CARA MEMBUAT OREK TEMPE TERI MEDAN :
  • Langkah pertama, tempe diiris tipis memanjang mirip batang korek api. Setelah itu, goreng dalam minyak panas hingga kering, setelah kering..kemudian angkat tempe dan tiriskan.
  • Langkah kedua, Goreng kacang tanah kupas hingga terlihat berwarna kuning kecoklatan, Setelah itu angkat dan tiriskan.
  • Langkah ketiga, Cuci teri medan, tiriskan lalu kemudian goreng teri sampai matang, tiriskan.
  • Selanjutnya, tumis bumbu halus hingga terasa harum, setelah itu beri daun jeruk, air asam jawa, gula merah serta sedikit air Kemudian masak hingga matang dan terlihat mengental. Setelah itu, matikan api, dan dinginkan sejenak. Setelah cukup dingin kemudian masukkan tempe, kacang dan teri lalu aduk hingga rata. Setelah itu angkat dan orek tempe teri buatan anda pun siap untuk disajikan.
Demikianlah Resep Membuat Orek Tempe Teri Medan Praktis versi tim resep masakan khas. Jika suka dengan resep ini, tidak adan salahnya jika anda mencoba resep tempe lainnya yang tak kalah enaknya seperti : Resep Membuat Oseng Tempe Kacang Panjang Enak dan Resep Membuat Tumis Tempe Pedas Nikmat . Selamat mencoba

Resep Membuat Tumis Tempe Pedas Nikmat

Resep Membuat Tumis Tempe Pedas Nikmat – Bagi anda penggemar tumis tempe atau yang biasa disebut oseng tempe ini, kali ini tim resep masakan khas akan mencoba menyajikan Resep Membuat Tumis Tempe Pedas Nikmat khusus buat anda penyuka makanan ini. Adapun bahan dan cara membuat tumis tempe pedas sebagai berikut:
Resep Membuat Tumis Tempe Pedas
Bahan tumis tempe pedas :
1 buah tempe panjang , potong dadu
3 siung bawang putih , iris tipis
5 buah cabai ijo , potong potong
100 ml kecap manis
3 buah cabai rawit merah , potong potong
3 siung bawang merah , iris tipis
minyak untuk menumis secukupnya
garam secukupnya
secukupnya air untuk campuran
Cara membuat tumis tempe pedas:
  • Langkah pertama, Ambil tempe, lalu potong dadu ,kemudian sisihkan .
    Langkah kedua, Tumis bawang putih, cabai ijo, cabai rawit merah dan bawang merah hingga harum, lalu masukan tempe, kemudian aduk aduk dan biarkan hingga warnanya berubah .
  • Selanjutnya, Beri sedikit kecap manis, lalu aduk aduk hingga merata, kemudian bumbui dengan garam, lalu aduk aduk, dan beri sedikit air untuk kuah.
  • Terakhir, Masak hingga tempe matang, lalu angkat dan tumis tempe pedas buatan anda pun siap untuk dihidangkan.
Demikianlah Resep Membuat Tumis Tempe Pedas Nikmat yang dapat kami sajikan, Jangan lupa lihat juga artikel resep tempe lainnya dari kami seperti:Resep Membuat Tempe Mendoan Enak Nikmat atau Resep Membuat Tempe Goreng Renyah

Resep Cumi Balado dan Cara Membuat

Resep Cumi Balado – Varian masakan dari cumi memang sangat banyak dan beragam., salah satunya adalah Cumi Balado. Cumi balado ini dimasak dengan kuah yang pedas dan proses pembuatannya pun cukup mudah. Jika anda tertarik untuk membuatnya dan penasaran dengan rasanya, berikut adalah resep cumi baladoyang telah kami uraikan secara singkat agar anda dapat dengan mudah untuk membuatnya dirumah anda.
Resep Cumi Balado Enak Nikmat Praktis
Bahan Membuat Cumi Balado (Bahan Utama) :
750 gram cumi basah (ukuran sedang)
2 lembar daun salam
1 ruas jahe, memarkan
50 gram daun kemangi
1 cm lengkuas, memarkan
1 batang sarai ( ambil bagian putihnya)
100 cc air kaldu
Garam
2 buah jeruk nipis
2 papan pete, kupas kulitnya (opsional, boleh memakai pete jika suka dan tanpa pete jika anda tidak suka)
Bumbu halus Cumi Balado :
3 siung bawang putih
8 butir bawang merah
7 buah cabai merah
10 buah cabai rawit
5 butir kemiri
½ sdt kencur bubuk (1 ruas)
Garam secukupnya
2 sdt kunyit bubuk (1 ruas)
Cara Membuat Cumi Balado :
  • Langkah pertama, Bersihkan cumi, lalu lumuri dengan air jeruk dan garam. Kemudian biarkan selama kurang lebih 15 menit.
  • Selanjutnya, Tumis bumbu halus, lalu masukan serai beserta daun salam, garam dan jahe. Lalu aduk hingga harum. Kemudian masukan cumi beserta pete (jika suka) dan tambahkan sedikit air, setelah itu aduk rata dan diamkan hingga air terlihat agak berkurang.
  • Terakhir, masukan kemangi, lalu aduk sebentar. Setelah itu angkat dan cumi balado buatan anda siap untuk disajikan.
Nah, itulah ulasan singkat mengenai resep cumi balado yang dapat kami infokan kepada anda. Jika anda suka dengan resep cumi balado tersebut dan ingin tahu resep seafood lainnya yang juga tak kalah maknyus dan lezat, anda bisa mencoba resep berikut : Resep Membuat Cumi Sumbat Pedas dan Resep Membuat Cumi Saus Padang

Resep Membuat Mie Aceh Enak Nikmat

Resep Membuat Mie Aceh – Mie Aceh adalah merupakan salah satu hidangan tradisional khas provinsi Serambi Mekah atau aceh yang terkenal dengan rasa pedasnya, segar, lezat dan menggugah selera. Mie Aceh yang kami share kali ini menggunakan daging kambing, tapi jika anda kurang suka dengan kambing, bisa diganti dengan daging sapi. Nah, tanpa berlama – lama lagi, berikut ini adalah resep membuat mie acehyang bisa anda praktekkan di rumah.
Resep Membuat Mie Aceh
Bahan Membuat Mie Aceh :
300 gram Mie basah besar, diseduh dengan air panas
200 gram Daging Kambing
1 buah Tomat, dipotong-potong
4 siung Bawang Putih, diiris tipis-tipis
3 butir Bawang Merah, diiris tipis-tipis
750 ml Air
300 ml Kaldu Sapi
50 gram Toge
50 gram Kol, diiris-iris tipis
1 1/2 sendok makan Kecap Manis Bango
1/2 sendok makan Garam
1 sendok teh Gula Pasir
3 sendok makan minyak untuk menumis
1/2 sendok teh Cuka
1 lembar Daun Salam
1 batang Daun Bawang, dipotong cacah sepanjang 1 cm
Bumbu halus :
6 butir Bawang Merah
4 siung Bawang Putih
1 butir Kapulaga
4 buah Cabe Merah biasa, buang bijinya
2 cm Kunyit, dibakar
1/4 sendok teh Jintan
1/2 sendok teh lada bubuk Putih
Bahan Acar Mentimun :
3 buah Mentimun, potong kecil-kecil (buang bijinya)
1 sendok teh gula pasir
1/2 sendok teh garam
1 sendok teh cuka
Bahan Pelengkap :
Bawang Goreng secukupnya
100 gram Emping Goreng
Cara Membuat Mie Aceh :
  • Langkah pertama, rebus daging kambing beserta daun salam dalam air. Kemudian setelah matang buang airnya, lalu potong-potong, setelah itu sisihkan.
  • Langkah kedua, tumis bawang putih beserta bawang merah, dan bumbu halus lainnya hingga terasa harum. Kemudian tambahkan daging kambing tadi. Lalu aduk sampai rata, setelah itu tambahkan tomat, kol dan toge, kemudian aduk sampai layu.
  • Selanjutnya, masukkan kecap manis beserta garam, kaldu sapi, gula pasir dan cuka. Kemudian masak hingga meresap. Lalu masukkan mie, setelah itu masak hingga matang., kemudian menjelang akan diangkat, taburkan daun bawang. Lalu aduk hinga rata.
  • Terakhir, sajikan mie aceh dengan acar mentimun beserta bahan pelengkap (emping & taburan bawang goreng)
Nah, demikianlah resep singkat mengenai resep membuat mie aceh yang dapat kami share kepada anda. Jika anda suka dengan resep mie aceh tersebut dan ingin tahu resep masakan lainnya yang juga tak kalah lezatnya, anda bisa mencoba resep berikut : Resep Membuat Mie Goreng Asam Pedas dan Resep Membuat Mie Ayam Semarang

Resep Tempe Bacem Enak Nikmat Praktis

Resep Tempe Bacem Enak Nikmat – Banyak yang bilang membuat tempe bacem itu sulit, resepnya ini dan itu, serta perlu waktu yang lama untuk membuatnya. Tapi….Itu kan kata orang loh yah :). Karena Sebenarnya membuat tempe bacem tidak sesulit dengan apa yang dikatakan oleh banyak orang, bumbunya sangat simple kok. Penasaran ingin tahu Resep Tempe Bacem tersebut ? Yuk bun, kita coba membuatnya dengan mengikuti step cara membuat tempe bacem berikut ini.
Resep Tempe Bacem Enak Nikmat Praktis
Bahan Membuat Tempe Bacem :
9 buah tempe, potong sedang
Air kelapa dari 2 bh kelapa.
3 lembar daun salam.
1 sdt asam jawa.
Minyak goreng, secukupnya (untuk menggoreng).
Bumbu Halus (Haluskan):
50 gr gula merah
3 siung bawang putih
6 siung bawang merah
1 ruas lengkuas, memarkan.
Garam secukupnya
1 sdm ketumbar
Cara Membuat Tempe Bacem :
  • Langkah pertama, haluskan semua bumbu. Masukkan ke dalam panci, air kelapa beserta lengkuas, asam jawa daun salam dan bumbu halus. Lalu aduk hingga semua bahan tercampur rata. Kemudian masukkan tempe. Setelah itu tutup pancinya.
  • Selanjutnya, Rebus hingga air kelapa habis dan bumbu meresap. Lalu goreng sampai terlihat berwarna kecoklatan.Kemudian angkat, tiriskan sejenak dan tempe bacem buatan anda siap untuk disajikan.
Nah, itulah ulasan singkat mengenai resep tempe bacem enak praktis yang dapat kami infokan kepada anda. Jika anda suka dengan resep tempe bacem tersebut dan ingin tahu resep masakan lainnya yang juga tak kalah enak dan makyus, anda bisa mencoba resep berikut : Resep Sapi Lada Hitam Spesial dan Resep Semur Ayam Saus Tiram Jamur Kancing

Kebahagiaan Berakhir Kesedihan

Ini kisahku..
Hay perkenalkan aku Ain aku sekarang sudah duduk di bangku kelas 1 SMA, kisahku ini, dimulai dari waktu aku duduk di bangku SMP kelas 3, waktu itu aku memiliki 5 sahabat yang hari-hari kami selalu kami lewati bersama-sama di sekolah.
Pada suatu malam ada pasar malam di lapangan sepak bola, saya dan 3 temanku pergi ke pasar malam itu.
Di pasar malam itu aku melihat cowok yang sangat keren dan membuat aku selalu memikirkan dia, Reno lah tepatnya nama cowok itu, ternyata ada juga temanku yang naksir sama reno, ani temanku itu, dia lebih cepat berkenalan dengan reno dari pada aku, sampai akhirnya mereka pacaran, yah aku sih diam saja melihat mereka karena aku menghargai perasaan temanku itu, hubungan mereka pun baik-baik saja.
Entah apa yang membuat teman-temanku semua menjauhiku pada hari itu, ternyata mereka marah sama aku karena mereka mengira bahwa aku yang telah membuat hubungan ani dan pacarnya hancur, aku tentunya langsung sendirian, yah karena itu aku tidak punya teman, sampai suatu hari aku beranikan diri untuk bertanya kepada pacarnya temanku itu tadi, dan dia pun menjelaskan semuanya, bahwa dia menyukaiku sejak pertama bertemu, aku pun langsung tidak percaya dan bertanya “terus kenapa kamu pacaran sama ani kalau kamu sukanya sama aku..?” “Karena aku dipaksa sama temanku untuk pacaran sama ani”, dan tidak lama setelah kejadian itu, aku mendengar kabar bahwa mereka putus, teman-temanku semakin marah kepadaku.
Sementara itu aku mulai bisa melewati hari-hariku bersama reno, walaupun teman-temanku masih marah, hari-hari ku lewati bersamanya, penuh dengan kesenangan.
Tidak terasa hubungan kami sudah berjalan 1 tahun, dan selama itu juga sifat reno lama kelamaan semakin berubah terhadapku, apa lagi pas dia memasuki suatu organisasi di sekolah, sifatnya sudah mulai tidak karuan, dia lebih suka minum dan mer*kok, entah apa yang membuat dia begitu, kata-katanya pun ke aku sangat kasar tidak seperti dulu lagi, aku pun sudah sangat capek dengan semua tingkahnya itu.
Suatu hari aku melihat dia boncengan sama cewek lain, betapa sakitnya hatiku saat itu, aku pun segera menelfonnya tapi nomornya tidak pernah aktif, hingga di sekolah kami pun bertemu, dan aku bermaksud ingin minta putus darinya, tapi eh dia malah lebih dulu memutuskan aku.
Hingga kejadian itu aku pun sudah mulai jauh dari dirinya hingga saat ini, tapi di pikiranku hanya ada dia, namanya itu tidak bisa hilang dari ingatanku, aku sangat menyayanginya, di kamar aku selalu menangisi dirinya yang kini hanya tinggal khayalan saja untuk bersama dirinya.
Cerpen Karangan: Nurul Ain Fatiha

Selamanya Cinta

Malam semakin larut. Dingin pun semakin menelusup. Namun aku dan Sanca masih bertahan di sini, memandangi bintang. Kami tak banyak bicara malam ini. Aku melihat rona kesedihan di wajah Sanca.
“Dewa… besok aku akan pindah ke Jakarta.” kata Sanca.
“Apa?”
“Aku tahu, kamu pasti kaget. Tapi ayahku dipindah tugaskan, dan mau tidak mau aku harus mengikutinya.” jelasnya.
“Tak bisakah kau menolak?”
“Dia ayahku, Dewa.”
“Aku tahu, tapi bagaimana denganku? Sanca, kau tahu kan kalau tak sedikit waktu yang telah kita habiskan bersama. Aku tak bisa tanpamu, dan aku yakin kau pun merasakan hal yang sama.”
“Dewa… jarak Bandung-Jakarta tidak jauh. Media sosial juga masih aktif. Kita tidak akan pernah kehilangan kontak.”
“Aku tetap tak bisa.”
Kami menghabiskan hampir separuh malam untuk sekedar mengobrol mengenai kepindahan Sanca ke Jakarta. Aku tak bisa menerima semua ini. Terlalu banyak kenangan di antara kita. Aku juga tak bisa memungkiri kalau aku sangat membutuhkannya. Aku membutuhkan orang seperti Sanca untuk membuat hidupku semakin berarti.
“Sudahlah, semakin malam akan semakin membuat perbincangan kita semakin tak berujung. Antar aku pulang sekarang, Dewa. Besok aku harus berangkat pagi-pagi sekali.”
Aku diam, sama sekali tak menanggapi Sanca. Aku sudah tak bisa berkata apa-apa lagi. Sepanjang perjalanan ke rumah Sanca, aku masih belum mampu berbicara. Semua terasa menyesakkan.
Keesokan harinya.
Aku terbangun pukul 06.00. Mataku masih terasa berat ketika aku memaksakan untuk membuka pesan singkat dari Sanca.
Aku berangkat sekarang. Baik-baik di sini ya, Dew. Aku sayang kamu.
Aku sudah terbiasa menangis karena Sanca. Dan kali ini, entah kali ke berapa aku menangis. Dia memang hanya sebatas sahabatku, bukan kekasihku. Namun, perasaanku ini begitu dalam. Aku rasa, aku mencintainya.
Aku sama sekali tak berniat untuk membalas pesan singkat darinya.
Beberapa tahun setelah kepindahan Sanca ke Jakarta.
Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Aku dan Sanca telah dua tahun tak bertemu. Semenjak hari itu, kami benar-benar putus komunikasi. Bahkan berkomunikasi lewat media sosial pun tak pernah.
Aku sudah berusaha mencari tahu tentang dirinya. Aku juga sudah pernah ke Jakarta untuk mencarinya. Tapi nihil. Aku tak bisa mengikuti jejaknya. Dan kini, aku semakin merindukannya. Aku merindukan kebersamaan kami. Aku rindu senyum dan tawanya. Aku rindu tangisannya. Aku rindu semua tentangnya.
Suatu hari ketika aku larut dalam kesedihan, seseorang datang padaku. Dia mengaku bahwa dia teman dekat Sanca. Dia memberikan sesuatu padaku. Aku membukanya dengan sangat hati-hati. Barangkali Sanca memberikan sesuatu yang berharga yang ada hubungannya dengan kisah kami beberapa tahun silam. Setelah aku membukanya, mataku tak bisa beralih. Aku terus saja memandangi sesuatu yang ada di tanganku. Ternyata… sebuah undangan pernikahan. Dan itu, adalah undangan pernikahan Sanca. Sanca akan menikah, ya MENIKAH.
Aku tak kuasa membaca kata itu. Tubuhku terasa lemas. Aku mencoba menahan airmata. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku teringat sebuah tempat di mana aku dan Sanca bermain ketika masih SMP dulu. Ada sebuah pohon besar di sana. Dan kami, menuliskan sesuatu pada batangnya. Aku segera melompat dari sofa. Berlari sekuat tenagaku menuju bukit tempat pohon itu berada. Aku harap, pohonnya tidak mati, seperti perasaanku ini pada Sanca, gumamku dalam hati.
Sesampainya di sana, aku merasa lega. Ternyata pohon itu masih seperti dulu.
Aku mencoba mengingat-ingat hal apa saja yang pernah aku lakukan dengan Sanca di sini. Semua masih terekam jelas. Bahkan aku masih mengingat kata-kata yang kami tuliskan di batang pohon itu.
Aku, kamu, kita akan selalu bersama selamanya. Kita akan menjadi sebuah cerita yang abadi.
Dan karena tulisan itulah aku seperti ini, karena aku yakin, ada doa yang terselip di antara kata-kata itu. Aku berharap lebih padamu, Sanca. Rasa cinta ini untukmu, selamanya.
Cerpen Karangan: Hanif Yontar Rahma
Blog: hanifyr.blogspot.com

RESEP SAMBAL TAOGE DAN KRECEK

BAHAN:
50 gr krecek
50 gr taoge
100 gr jamur merang, potong-potong
250 ml santan dari 1/2 butir kelapa
1 buah tomat
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas
3 sdm minyak untuk menumis
¼ sdt garam
¼ sdt gula pasir
BUMBU HALUS:
5 buah cabai merah
5 siung bawang merah
3 siung bawang putih
3 buah kemiri
CARA MEMBUAT SAMBAL TAUGE DAN KRECEK:
1. Tumis bumbu halus, tomat, daun salam dan lengkuas sampai harum.
2. Tambahkan krecek dan jamur, kemudian aduk hingga rata.
3. Masukkan santan, gula dan garam. Masak sambil diaduk hingga mendidih.
4. Tambahkan taoge, aduk sampai matang.

Misteri Gadis di Pinggir Jalan

Pagi itu, di tengah terminal tepatnya, aku selalu melihat wanita yang sama di minggu ini, dia cantik menurutku, berjilbab dan tampak sholehah, jika seandainya ada kesempatan ingin sekali rasanya aku untuk berpatah kata dengannya.
“Monggo pak, silahkan diminum”, sapa pak rusdi dengan secangkir kopi hangat di hadapannku.
“Bapak kenal dengan wanita yang selalu di pinggir jalan itu?”, tanyaku seraya menunjuk ke arah jalanan di pinggir lalu lalang kendaraan.
“tentu mas, dia Aisyah anak ibu H. Marsinah yang tinggal di rumah gedong disana, emangnya kenapa mas?”, tanya pak rusdi sambil duduk di angkringannya yang masih sepi.
“gak pak, Cuma pingin tahu aja, apa dia sudah menikah pak?”, tanyaku penasaran.
“Belum, dia belum menikah, minggu lalu ada yang ngelamar, seorang gus-gus, anak kiai gitu, tapi ditolak juga, padahal dia anak tertua lho mas, adiknya yang cewek malah udah nikah 2 tahun lalu, kayaknya dia bakal jadi perawan tua. Hmmm.. kalo mas mau ngelamar, kayaknya susah mas.. soalnya sudah banyak pemuda yang ngelamar tapi semuanya ditolak”, kata pak rusdi berbisik.
“lho, kok bisa pak, emangnya kenapa?”, kataku semakin penasaran mendengar penuturan bapak itu.
“saya toh kagak tau mas, wong gadis itu, orangnya pendiam sih, tapi menurut rumor yang saya dengar, dia itu sombong mas dan kalau milih suami itu pilih-pilih, makanya semuanya pada ditolak” lanjut Pak Rusdi semakin lirih.
“apa dia itu benar sombong pak?”, tanyaku masih tak percaya.
“kalau menurut bapak sih tidak, soalnya setahu bapak dia anak baik, soalnya juga sering mampir kesini beli kue, kalau bapak sih positif thingking aja mas, toh itu hanya rumor”, kata bapak sambil membayar uang kembalianku.
Aku hanya bisa diam membisu sambil memikirkan ucapan bapak Rusdi, bagiku gadis itu masih menjadi sebuah misteri. “siapa sebenarnya kamu?”, tanyaku selalu dalam hati.
Masih di pagi yang sama, saat kulihat dia kembali. Kalau kemarin dia memakai baju hijau, sekarang dia tampak anggun dengan baju merah jambunya, aku sendiri pun sudah tak tahan ingin bertegur sapa dengannya, sekaligus ta’arufan, mungkin akan sedikit bisa menghilangkan rasa penasaran dalam hatiku.
“hmm.. Assalamu’alaikum ukhty..”, sapaku membuka pembicaraan.
“wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh”, jawabnya dengan seulas senyum tersungging di bibir merahnya.
“astaghfirulloh”, ucapku dalam hati. Gadis itu benar-benar cantik, “Ya Allah, sungguh niatku hanya untuk berta’arufan dengannya. Kuatkanlah imanku”, ucapku dalam hati.
“boleh saya bantu neng..?”, ucapku melihat barang belanjaannya yang cukup banyak.
“tidak usah cak, alhamdulillah saya masih bisa sendiri kok”, jawab gadis itu menolak.
“tak apa, kamu keliatan cukup lelah..”, jawabku meyakinkan.
Akhirnya dengan agak canggung, gadis itu memberikan sebagian belanjaannya kepadaku. Sangat senang hatiku menerimanya. Mungkin ini adalah langkah awal yang baik untuk mengenalnya.
Di perjalanan tidak ada sepatah kata pun yang terlontar, kami hanya saling diam, aku pun hanya mengikuti langkahnya. Sambil berharap, ada kata yang bisa diucapkan.
“terimakasih cak, ini rumah saya. Terimakasih atas bantuannya”, katanya tanpa melihat wajahku sedikitpun, hanya menunduk sedari tadi yang dia lakukan.
“iya sama-sama neng, hmm.. oya nama saya Rahman, kalau nama neng siapa..?”, tanyaku salah tingkah.
“nama saya Aisyah cak, panggil aja Aisyah. Ya udah cak maaf saya harus masuk dulu. Permisi Assalamu’alaikum” lanjutnya tanpa sedikitpun melihat wajahku.
“O.. iya neng Aisyah, Wassalamu’alaikum”, jawabku sedikit kecewa.
Hari yang sama dan kejadian yang sama, terjadi sudah selama seminggu ini, tanpa ada perkembangan yang berarti, sampai sekarang pun rasa penasaranku pun belum terpuaskan. Hingga suatu hari ku beranikan diri mendatangi rumah gadis itu.
“ee.. nak Rahman, silahkan masuk”, ucap HJ. Marsinah, tak asing lagi kepadaku. “Mau ketemu aisyah ya.. sayangnya dia sedang mengajar di mushola”,
“oo.. kalau begitu saya pulang saja dulu bu”, kataku seraya beranjak keluar.
“hmm.. tapi kalo seandainya kamu punya waktu, ibu ingin ngomong sebentar dulu”, kata wanita setengah baya itu kepadaku. Wajahnya tampak serius itu membuatku penasaran dan ingin tahu apa yang ingin dia sampaikan.
“iya bu, tidak apa-apa, silahkan saja, saya toh sedang tidak ada kesibukan”, ucapku kepadanya.
“hmmm… apakah kamu suka sama aisyah?”, tanya HJ. Marsinah serius
Kikuk aku mendengar pertanyaan seperti itu, rasanya seperti disuruh menjinjing ribuan kilo batu, tapi melihat keseriusan dari HJ. Marsinah, akhirnya aku memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan itu.
“Iya Ibu, saya menyukai bahkan mencintai putri anda semenjak pertama kali saya bertemu dengannya”, jawabku kikuk.
Dengan menghembuskan nafas lega HJ Marsinah berkata “Alhamdulillah kalau seperti itu nak. Ibu sangat senang mendengarnya dan ibu berharap kamulah jodoh Aisyah nantinya”.
“kalau boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi ibu?”, tanyaku semakin penasaran, bahkan hingga menahan nafas menunggu jawaban yang selama ini kunanti, tentang misteri gadis di pinggir jalan ini. Aisyah tepatnya.
“dulu sekali Aisyah pernah berpacaran seperti gadis-gadis lainnya, sama seperti pacaran pada umumnya nak, aisyah sangat mencintai laki-laki itu karena Allah, namanya Farhad pemuda pesantren yang berhasil mengetuk pintu hati Aisyah, mereka hanya baru bertemu sekali, namun Aisyah sangat yakin kalau laki-laki itu yang akan jadi pendamping hidupnya”, kata HJ. Marsinah mengawali ceritanya.
“lalu apa yang selanjutnya terjadi bu?”, jawabku masih sangat penasaran.
Dengan menghela napas panjang HJ. Marsinah melanjutkan ceritanya. “Dulu kami tak sekaya ini nak, kami hidup serba kekurangan, bahkan untuk kuliah Aisyah, dia harus bekerja keras. Jika ditanya impiannya hanya satu membahagiakan keluarga dan memberangkatkan haji orangtuanya. Sedangkan Farhad pun harus berada di kota lain, untuk melanjutkan kuliahnya. Jadi selama pacaran itu mereka hanya berhubungan dengan telepon saja. Pernah sekali Aisyah bercerita pada saya, kalo tidak salah di bulan Juni 2012, kalau dia akan menemui farhad, dia juga bercerita mereka akan mengikat janji, di hadapan Allah. Awalnya ibu berpikir itu hanya janji biasa, janji yang biasa dilanggar. Tapi ternyata Aisyah sangat memegang janji tersebut”.
“Janji yang seperti apa bu..?”, tanyaku semakin penasaran.
“entahlah Aisyah tak berkata apapun tentang janji itu, bahkan ibu sendiri juga khawatir, tapi Aisyah selalu berkata tidak apa-apa bu, semuanya akan baik-baik saja, lalu satu tahun pun Berlalu Aisyah masih kuliah dan Farhad mendapatkan pekerjaan sebagai guide di mekah. Namun sepeninggal itu, seakan Farhad juga menghilang bersama semua rasa cintanya. Tak ada kabar apapun yang tentang farhad, seperti hilang ditelan bumi nak. Tapi anehnya Aisyah tidak meneteskan air mata sedikitpun, dia tetap ceria seakan tak terjadi apa-apa. Dan semenjak itu setiap kali ada lamaran selalu ditolaknya dengan alasan dia telah dipinang. Jujur nak, ibu sangat takut, siapa yang telah meminangnya?, apakah dia masih berharap kalau Farhad akan menjemputnya, setiap hari ibu selalu tak tenang. Apalagi sekarang Aisyah sudah banyak digosipin oleh tetangga nak..”, tangis HJ. Marsinah membuatku merasa pilu.
“hmmm.. apakah tak ada kabar dari keluarga farhad bu..?” tanyaku kemudian, melihat tangis HJ. Marsinah lebih reda.
“Farhad anak yatim nak, dia hanya punya Aisyah dan guru-gurunya di pesantren, bagi kami sendiri dia juga telah menjadi keluarga, ibu mohon nak, bukalah pintu hati Aisyah lagi, ibu ingin dia bahagia. Sungguh ibu tak pernah tega mendengar tetangga memperolok-oloknya sebagai perawan tua. Ibu ingin melihatnya menikah, dan melupakan kesedihannya kehilangan Farhad”, lanjut HJ. Marsinah melihatku, di matanya tampak sayu dan lelah, namun serius akan perkataannya.
“InsyaAllah Bu, jika ibu mengijinkan, dan Allah meridhoi, saya akan meemperistri Aisyah secepatnya”, kataku meyakinkan.
“terimakasih nak, aminn.., ibu juga akan berusaha meyakinkan Aisyah”.
Dua hari telah berlalu, bersama pembicaraan itu. Dengan mantap di pagi hari itu, aku membawa ustadz Sholeh untuk membantu meminang Aisyah. Aku yakin Allah meridhoi dan memperlancar perjalanannku. “Ya Allah jika memang dia jodohku, maka mudahkanlah perjalananku, jika dia bukan jodohku maka berikanlah Aisyah jodoh yang terbaik untuk kebahagiaannya.
Doaku pun terjawab bersama sampainya aku di rumah Aisyah, HJ. Marsinah pun sudah menungguku di depan rumah.
“Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh”, ucapku berbarengan dengan ustadz Sholeh
“Wa’alaikum Salam, ayo silahkan masuk nak, ibu telah menunggumu sedari tadi”, kata HJ. Marsinah dengan senyum yang tak henti-hentinya. “ayo duduk nak, semalam ibu telah berbicara dengan Aisyah, lalu dia menjawab Jika Allah mengijinkan. Ibu yakin kamu pasti bisa meminangnya”
“Amin..”, jawabku simpel. “terus Aisyahnya dimana bu..”.
“tadi pagi bantu ibu masak, terus ijin sholat dhuha, tunggu sebentar ya ibu liat dulu di kamar, mungkin masih siap-siap, kalian silahkan diminum dulu minumannya”, kata HJ. Marsinah berlalu.
Aku sendiri tampak tak tenang menunggu kembalinya HJ. Marsinah.
“yang tenang mas, insyaAllah kalo jodoh pasti kesampean”, ucap Sholeh sambil menepuk pundakku.
“insyaAllah Ustadz”, jawabku menghela napas.
Namun cukup lama HJ. Marsinah memanggil Aisyah, tiba-tiba..
“AISSSYYYAAAHHH…”
Segera kami berlari menuju kamar. Terlihat disana Aisyah kaku tak bergerak, seakan tidur yang sangat pulas. HJ. Marsinah pun menangis kaget dan pingsan, melihat putrinya tak bernyawa di tempat tidur.
“Aisyah sudah meninggal saat tidur”, kata Pak ustadz Sholeh melihat keadaannya.
“lalu siapa yang membantu HJ. Marsinah tadi pagi?” tanyaku bingung dan sedih
“Wallahu Alam, hanya Allah yang maha mengetahui, namun saya yakin Aisyah meninggal dengan keadaan Husnul Khotimah, dia tersenyum walaupun telah meninggal, yang sabar saja mas, insyaAllah ada jodoh terbaik untuk mas nantinya”, kata Ustadz Sholeh menenangkan. “oya… dan ini saya menemukan 1 lembar doa dan sebuah foto lelaki, mungkin ini farhad, soalnya ada nama di belakang foto ini”.
Tak ada jawabanku yang terlontar, semuanya masih membingungkan dan terasa cepat, saat pertama aku bertemu aisyah, berbicara dengannya, mendengar cerita ibunya. Hingga sekarang ia telah tiada. “biar saya lihat bersama ibunya nanti, setelah pemakaman ustadz tolong temani” jawabku sambil berlalu, ingin rasanya aku segera masuk, kembali sadar bahwa Aisyah telah tiada.
Misteri gadis di pinggir jalan itu, biarlah hanya Allah dan dia yang tahu.
(Ika_UINSA)
Cerpen Karangan: Ika_UINSA / Ika Tusian

Penggerebekan Teroris di Rumah Kami

Entahlah, apa yang dimaui oleh teroris berbulu hitam dan berekor panjang ini. Beberapa dari mereka berhasil menyusup ke dalam kediaman kami yang terletak di tengah pegunungan Alpen ini.
Pintu penjagaan rumah kami sebetulnya sangat ketat. Sangat tidak mudah untuk masuk ke dalam kediaman kami. Kalaupun ada yang berniat jahat dan berniat masuk ke dalam dengan berhasil merusak gembok seberat 2,5 kuintal dan rantai kapal Titanic yang disambung dengan tambang layar kapal Flying Dutchman, orang itu belum bisa masuk ke dalam ruangan rumah kami. Karena begitu tiba di pintu kayu jati kualitas tinggi, jika ia ingin masuk, maka akan ada verifikasi password yang sangat rumit. Selain itu jika berhasil memecahkan password, maka akan ada tes yang mengharuskan ia menyelesaikan soal-soal Fisika dan Kimia yang dipakai untuk seleksi masuk Nanyang University. Jika ditinjau dari fakta-fakta tersebut, berpikirlah dua kali jika ingin menyusup ke kediaman kami.
Namun keluarga kami sedikit lupa dan khilaf akan salah satu gerbang masuk yang tidak dipasang pengamanan serupa dengan pintu depan. Gerbang itu adalah, pintu dapur! Dari mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari pintu itu terbuka lebar layaknya pintu maaf di hari lebaran. Menurut penyelidikan agen polisi Prof. Dr. Lukman Nurhakim, M.Hum, pintu itulah yang berhasil dilewati oleh teroris berbulu hitam dan berekor panjang itu. Teroris itu tidak bergerak sendirian, namun mereka terdiri dari beberapa individu. Setelah melewati pintu dapur, mereka berpencar. Ada yang bersembunyi di tempat sampah dapur, kolong kulkas, bahkan ada yang berhasil memanjat dan bersembunyi di lemari kitchen set. Dan yang paling parah, ada satu dari mereka yang bersembunyi, di kamar saya! Padahal, jarak dari dapur ke kamar saya cukup jauh. Dengan berjalan kaki dari dapur, setelah dua purnama baru akan sampai ke kamar saya. Itu pun kalau arus mudik sudah semakin sepi.
Sungguh kurang ajar memang teroris itu. Saya baru tahu kalau dia mendiami kamar saya selama beberapa abad, ketika saya sedang berkegiatan dengan komputer-lesehan saya di dalam kamar. Di sebelah kiri komputer-lesehan terdapat lemari buku, dan di kirinya lagi, terdapat rak pernak-pernik setinggi empat tingkat. Ketika saya baru berkegiatan dengan komputer-lesehan memang sudah terdengar suara grasak-grusuk dari balik lemari buku. Awalnya saya tidak begitu curiga. Namun setelah tidak lama, ada sosok berbulu hitam dan berekor panjang yang memanjat dan berhasil mencapai puncak rak pernak-pernik. Spontan (uhuyy!!) saya kaget. Walaupun ukuran tubuhnya satu per sepuluh tubuh saya, tetap saja saya geli dengan wujudnya itu. Saya langsung berdiri dan hendak kabur. Namun teroris itu pun tak kalah kaget dan kembali turun untuk kembali ke balik rak buku. Sudahlah, walaupun ia bertubuh kecil, tapi saya selalu gentar dengan makhluk satu itu. Biar Agen Kepala saja yang menghabisinya nanti kalau ada kesempatan.
Benar saja, saya langsung lapor ke Agen Kepala (ayah saya) pada suatu kesempatan. Katanya, ia akan menggerebek kamar saya pada akhir pekan. Selama menunggu, saya selalu waspada jika berada dalam kamar. Takut-takut kalau teroris itu mengintip saat saya sedang ganti baju.
Besok adalah akhir pekan. Ya, tandanya besok akan ada penggerebekan kamar saya untuk menuntaskan teroris. Namun tak disangka dan tak diduga, ketika keluarga kami sedang asyik bersantai pada malam hari, saya melihat si teroris berbulu hitam dan berekor panjang itu keluar dari kamar saya. Ia berhenti di depan pintu kamar tatkala melihat saya. Seperti refleks saya berteriak, “itu dia terorisnya!” Tak ayal, teroris itu kembali masuk ke dalam kamar.
Kemudian Agen Kepala memutuskan untuk melakukan penggerebekan pada malam ini juga. (Deg!)
Agen Kepala langsung mempersenjatai diri dengan sapu ijuk dan memanfaatkan gagangnya. Agen Kepala memang rendah hati, karena hanya perlu senjata berupa sapu ijuk. Saya pun disuruh mempersenjatai diri dengan sebuah pedang panjang samurai peninggalan pendekar legendaris Musashi yang akhirnya dibeli oleh Si Pitung dan kemudian dilelang dan dimenangkan Jaka Gledek, hampir saja pedang itu dicuri Sinto Gendeng atas perintah Wiro Dablek. Selain itu, Agen Bawang (adik saya) pun disuruh mempersenjatai diri dengan AK47 (sebenarnya hanya sebuah paralon kurus bertuliskan ‘AK47’ yang ditulis oleh entah siapa).
Penggerebekan pun dimulai. Kami bertiga memasuki kamar saya yang sempit dan panas karena ventilasinya malas dibuka. Kamar ini hanya berupa ruangan yang berisi barang-barang kebutuhan saya minus ranjang alias tempat tidur. Kata ibu saya, “lu mah kagak perlu tempat tidur. Sekalinye dikasi tempat tidur, lu kagak perneh tidurin, alesannye ‘erep-erep’-lah.”
“Di mana dia bersembunyi?” Tanya Agen Kepala kepada saya.
“Terakhir saya lihat, dia bersembunyi di balik rak buku.”
Agen Kepala langsung memberantakkan posisi rak buku, rak pernak-pernik, meja komputer lesehan dan mulai menyodok-nyodokkan gagang sapu ke sekitar situ.
“Kok gak ada?”
“Iya, ya. Padahal dia bersarang di sini.”
Kemudian Agen Kepala mulai memberantakkan seluruh perabot yang ada di kamar saya, berharap menemukan teroris itu. Saya pun turut membantu memberantakkan apa-apa yang ada di sana. Kemudian sambil Agen Kepala menarik dan menyodok gagang sapu ke segala penjuru, saya berinisiatif untuk mengangkat sebuah bungkusan plastik kresek besar berisikan busa sofa yang teronggok di sudut ruangan. Benar saja, di bawahnya sesosok makhluk kecil berbulu hitam dan berekor panjang berada di situ dan langsung lari ketika ketahuan tempat persembunyiannya. Ia berlari keluar kamar.
Singkat cerita terjadilah pengejaran, pemukulan dan peneriakan kami bertiga terhadap teroris itu. Saya lebih banyak menjauh karena saya belum bisa menghilangkan rasa geli terhadap makhluk itu. Namun saya tetap menggenggam pedang samurai yang sepertinya akan lebih baik disimpan di museum daripada saya pegang dan tidak diapa-apakan.
Pengejaran terjadi di ruang tamu dan beralih ke ruang makan. Agen Kepala mencoba terus memukul teroris yang terus menghindar dengan gagang sapu, tapi selalu meleset sampai akhirnya gagang sapu itu patah jadi dua. Dengan semangat yang menggelora Agen Kepala menyabet paralon yang digenggam Agen Bawang yang sepertinya sama dengan saya, tidak bisa berbuat banyak, dan kembali mencoba memukulkannya pada teroris berbulu hitam itu.
Kemudian teroris itu berlari dan menuju dapur. Agen Kepala terus mengejarnya dan kejadiannya begitu cepat, tidak terlihat dan tidak terdengar, tiba-tiba Agen Kepala berhenti mengejar dan memukul. Beliau memandang ke arah saya dan berkata, “sudah selesai.”
Awalnya saya tidak paham apa maksud Agen Kepala. Namun saya melihat ke sudut dekat pintu dapur dan saya melihat teroris kecil berbulu hitam dan berekor panjang itu sudah terbaring lemas. Saya langsung mengerti. Sepertinya Agen Kepala dengan sangat tepat memukulkan paralonnya ke tubuh empuk teroris itu sehingga tidak terdengar sama sekali suara hasil pukulannya. Akhirnya, riwayat teroris itu tamat.
Inilah pelajaran bagi kita semua untuk tetap menjaga kebersihan dan keamanan rumah kita. Kita harus senantiasa merawat istana yang di dalamnya kita tumbuh dan besar. Walaupun rumah itu bukan milik kita, karena bisa jadi milik pemerintah sehingga tidak boleh diperdagangkan, kita harus tetap merawat dan menjaganya. Karena walaupun kita tidak memiliki, tetapi kita bisa menikmati.
Akhir kata, Wassalam!
Cerpen Karangan: Lugman Ranso

Rp. 100,00

“It’s nothing” said a man tossing the coin away. The old lady directed her eyes to the coin, walked closer and picked it up. She darted toward the man and handed the thrown coin. “Just go, I don’t want it” said the man “I prefer get nothing than taking it.” The old lady insisted. She even put it on the man’s right shoulder; it rested perfectly. She smiled satisfactorily and stood still. The man looked back at her challenging. “I don’t want it, you hear me?” said he rising from his seat. The coin fell down and rolled over the dusty ground and bounced against a log on the side walk. “Kakaktua Raja” said the old lady pointing at the side of the coin. She giggled, took the coin and gave it back to the man. “Take it, I insist” said she “That’s all I have” The man turned his stare and shook his head.
He returned to his seat. He felt the unease had grown since their encounter. In his lifetime career, if taking money from passersby could be called a career, he never met someone that annoying. He rubbed his tattooed right arm, two fighting serpents. They brought masculine sense in him and he believed people feared his fake snakes. Though his friends told him to have a scarier design like skull or lion, he preferred the snakes. Some even laughed over his choice. “You won’t scare Borneans with snakes, they eat them” said his friends. But he had his very own reason preserving the tattoo. He feared snakes. “Face your fear” that was his father advised. So he decided to have the snakes on his right arm. But still he did make any difference.
Many times he wanted to quit the job, the unholy chore. He was a man of religion in his childhood till he lost everything he had and also his faith in God. He never felt proud of what he did. What pride a man could have from taking money from others which he did, most of the time with force and intimidation? He ever considered begging on the street, but he had no ‘face’. People would simply ignore him for his appearance. Who would give a stare at a beggar with tattooed body and healthy posture? He hated the idea. He knew to become a beggar he need to have a pitiful face, thin body, or if possible with deformed body parts. People feared him, young and old, male and female. They paid tribute, he called it ‘security money” as if he was the watch dog of that gangway. But some people feared him not they simply did not want trouble. He knew it. This old lady even had been playing with him. He often saw her; she was a beggar, another unholy worker. Most of the time, he ignored her, but not that day. He felt that he needed to be just to every passerby, though his work was far from the idea of justice. He decided to stop the lady that day. So he took an intimidating posture blocking the gangway. “Gimme money!” said he. The lady stopped and stared directly into his eyes. People tended to avoid his eyes, but she was exceptional. He started to fear the old woman as if he was staring at his mother. His mother used to stare sharply at him every time she got angry. He retreated, and walked to the side walk, head down. Suddenly the old lady handed him a coin, Rp. 100,00.
He was still rubbing his tattoos; the old lady was still looking at him. She came close; the least thing he wanted. “Take this” said she “I mean it” He could not control his irritation anymore. He yelled at the old lady and cursed her. At once some doors and windows opened, people peeked out. He raised his fist, then the watchers closed their windows, silence refilled the narrow street. He returned to his seat with heavy steps. Minutes passed, but the old lady stood still by the narrow road. “Take this” said she “I’ll go” He shook his head. “I’d told you, I won’t” said he. Suddenly the coin slipped into his shirt pocket. “It’s a gift” said she walking away. She looked back few times, and then disappeared by a turn.
He felt defeated. Lost to an old lady; what a shame! He knocked his head with his fist, feeling stupid. Then he reached his pocket and took the coin. He had many similar coins in his hut. It was priceless, he could not use it. So he threw it to his feet, then something caught his eyes. There was something written on another side of the coin. It said “Last coin I’ve ever earned” The inscription struck him like a lightning. His body froze and his breaths were short. The words mocked him, at the moment he felt so embarrassed of what he had been doing. He, too had some coins at home that he earned by working before taking money on the street; he keep them as treasure for he was proud of earning them. He looked at the coin many times and found courage to leave the place. He pleaded not to take money from passerby anymore at that very moment. “Thanks” he cried and left the place with light heart.
The End
Cerpen Karangan: Tiopanus

Bolu gulung

bolu gulung (InggrisSwiss roll) adalah kue bolu yang dipanggang menggunakan loyang dangkal, diisi dengan selai atau krim mentega kemudian digulung. Bolu gulung sering dikenal sebagai jam roll, atau jelly roll di Amerika Serikat.
Kue harus segera digulung selagi masih panas sewaktu baru diangkat dari oven agar kue masih lentur sewaktu digulung dan tidak patah. Kertas roti atau serbet bisa dijadikan alas kue sewaktu menggulung. Gulungan bisa dibuka lagi kalau kue sudah agak dingin untuk diolesi selai atau krim dari mentega dan setelah itu kue digulung kembali. Kue bisa juga langsung diolesi selai sewaktu masih panas-panas sehingga cukup digulung sekali saja.
Krim mentega (buttercream) bisa dibuat beraneka rasa, misalnya dengan menambahkan coklat bubuk, vanila, atau bubuk teh hijau.

Kisah Kucing dan Tikus Yang Menjadi Sahabat

Pada suatu hari ada seekor kucing berkeliling-keliling di sekitar jalan untuk mencari makanan. Pada suatu ketika ada seekor tikus melintas di samping kucing itu, kucing itu berkata dalam hati “Wah ada mangsa baru nih kalau aku makan tikus ini perutku langsung kenyang deh”. Tikus itu juga berkata dalam hati “Hah, ada kucing waduh bahaya nih bisa bisa aku dimakan sama dia”. Kucing dan tikus pun saling menoleh satu sama lain dengan tatapan sinis, dan tiba tiba kucing itu mengejar tikus itu tetapi tikus itu berhasil meloloskan diri dari kucing itu
“Arghh, gagal deh makan makanan lezat nya” dalam hati si kucing. Sedangkan tikus itu yang meloloskan diri dari si kucing berkata “Syukurlah aku bisa lolos dari kejarannya Tuhan masih memberikan aku hidup”.
Keesokan hari nya, kucing itu berjalan-jalan lagi sambil berkata “Aduh, aku belum makan 2 hari nih aku sangat lapar sekali. Coba aja aku ketemu sama tikus itu aku bakalan gak lapar kayak gini”. Kucing itu berjalan jalan dan suatu ketika kucing itu bertemu dengan seekor Anjing, kucing itu berkata “Waduh, bahaya nih ada anjing disana aku harus bagaimana?”. Anjing itu pun mendekati kucing itu semakin dekat dan Anjing itu pun mendekati kucing itu semakin dekat dan si kucing pun bingung mau kemana lagi kalau dia jalan terus dia akan jatuh ke jurang.
Anjing itu pun semakit dekat, dan kucing itu pun JATUH KE JURANG “Ahhh tolong aku ku mohon”. Tiba-tiba segerombolan tikus pun datang untuk menolong si kucing itu sedangkan Anjing itu melarikan diri. Si tikus pun memegang tangan si kucing itu sehingga tidak jatuh ke jurang. Segerombolan tikus pun menarik tangan si kucing ke atas, kucing pun berterima kasih kepada si tikus dan kawan-kawannya “Terima kasih yaa sudah menolongku kalau gak ada kalian mungkin aku sudah jatuh ke jurang”. Tikus pun menjawab “Tidak apa apa kok aku senang sekali menolong siapapun termasuk kamu”. Kucing pun bertanya “Tapi kenapa kalian menolong ku sedangkan aku saja ingin memakan kalian?” Tikus pun menjawab “Kita sesama makhluk hidup harus saling tolong menolong”. Dan akhirnya mereka pun berpelukkan tanda mereka menjadi sahabat
Cerpen Karangan: Indina Ashri Sahputri

Pembangkang

Pada suatu pagi disaat bel tanda masuk dibunyikan anak anak segera masuk kelas “Hey ayo cepat masuk!!” banyak anak anak yang terburu buru masuk kelas. Tetapi ada satu anak yang sangat nakal namanya Tara dia tidak segera masuk melainkan bersembunyi di toilet. “Berdiri memberi salam” suara Rony si ketua kelas, dan segera pun anak anak berdiri dan memberi salam. Di saat absen semua murid masuk kecuali Tara.
“Lho, Mana Tara?” Pak guru bertanya
“Nggak Tau pak, Dia tadi masuk kok pak” Semua murid menjawab
Dengan penuh curiga Pak Guru segera mencari Tara. Dicarinya dari ruang kantin, Lab,Taman. Tetapi semua sia sia.
“Mana anak nakal itu?” Pak guru berbicara di dalam hatinya. Saat itu Bel istirahat pun berbunyi “Kriiiiing” dan anak anak pun mulai berhamburan ke luar kelas. Tara pun segera keluar dari toilet.
“Hey, bagaimana pelajarannya? Apa seru Rony?” Tara bertanya ke Rony
“Dasar, tadi Pak Guru mencari mu” Dengan mengerutkan dahi Rony menjawab
“Heheheheh tadi aku di toilet untuk bersembunyi” Balas Tara
Dengan penuh kesal Rony segera meninggalkan Tara.
Terdengar lagi suara bel masuk, Segera anak masuk ke kelasnya masing masing. Disaat yang sama Pak Guru juga berjalan menuju kelas Rony.
“Hmmm, apa Tara Benar Benar masuk?” Pak Guru bertanya ke murid murid
“Coba pak cari ke Toilet” Rony segera menyela pertanyaan gurunya
“Hmmmm, Ide bagus” Pak Guru pun menyetujui saran Rony
Disaat yang sama Tara sedang memikirkan hal yang bagus menurutnya.
“Sebentar lagi jam pelajaran Pak Guru habis dan aku akan pergi ke taman untuk bermain”
Disaat Tara keluar toilet terlihatlah Pak Guru dan Rony di depannya. Tara pun terkejut dan segera berlari tetapi tangan Pak Guru segera memegang telinga nya.
“Aduhhh pak sakit” Tara menjerit kesakitan
“Hmm ini hukuman yang setimpal untuk kamu” Pak Guru semakin menarik telinga Tara
“Hahahahah Rasain tuh pembangkang” Rony pun tertawa sambil mengejeknya
Setelah itu segeralah Pak Guru dan Rony kembali ke kelas bersama Tara. Akhirnya Tara terkena Batunya dan tak mengulangi kesalahannya lagi
Cerpen Karangan: Dave
Facebook: Dave Senju

Tentang Sebuah Nama

Hujan selalu saja spesial, selalu dinanti. Tapi ini bukan tentang hujan, ini tentang sebuah nama. Sebuah nama yang selalu saja spesial, sebuah nama berhias sejuta kerinduan. Ini tentang sebuah nama yang telah terpatri dalam sunyi. Sebuah nama yang bahkan dia tidak pernah tahu aku selalu mengenangnya dan menunggunya, meski ku tahu itu sia-sia.
“Boleh aku duduk sini?” sapa seseorang.
“Adi, ya pasti boleh lah.” ucapku.
“Kamu ngapain di sini sendirian Na?”
“Gak papa. Lagi pengen aja.”
“Ana…”
“Ya?”
“Aku mau minta maaf sama kamu.”
“Maaf untuk apa Di?”
“Ya mungkin aja selama ini aku pernah nyakitin kamu.”
“Kamu kaya udah mau kemana aja Di! Ke kelas yuk.” ajakku.
Ini tentang sebuah nama, nama yang selalu spesial. Adi. Nama itu, tentang semua yang ada padanya, yang sedikitpun tak bisa ku lupa. Tentang tawanya, candanya, hidupnya, tentang cinta yang diam-diam ku simpan untuknya. Cinta yang hanya berani ku sampaikan kepada langit-langit kamarku, kepada cicak yang tengah mengincar mangsa, kepada kertas, kepada pena. Ini tentang sebuah nama yang memaksaku masuk ke muara sedih tak berkesudahan.
“Adi kamu ngapain pagi-pagi ke sini?”
“Selamat ulang tahun Ana. Ini buat kamu.”
“Harusnya kamu gak perlu repot-repot Di, makasih banyak ya.”
“Iya Na, kalau gitu aku permisi ya. Semoga kamu selalu bahagia meski nanti kita harus terpisah.”
“Apapun yang terjadi, kamu tetep sahabat terbaikku Di. Sahabat terbaik dan tak terganti.”
Adi pergi begitu saja. Entah apa yang membuatnya begitu aneh. Tepat saat badannya sempurna tak terlihat dari mataku, badai itu datang. Bunyi petirnya begitu memekakkan telinga.
“Din, kamu mau kemana? Mau layat?”
“Jadi kamu gak tau Na?”
“Apa?”
“Adi.. Adi…”
“Iya kenapa dengan Adi?”
“Adi pergi Na, pergi ke dimensi lain 10 menit yang lalu.”
“Dinda pasti bercanda kan? Adi gak mungkin pergi, dia baru dateng ke sini tadi. Dia kasih ini buat aku, dia ucapin selamat ulang tahun buat aku, dia masih senyum untuk aku, ini gak mungkin! Adi… bagaimana mungkin?”
“Sebaiknya kamu sekarang ikut aku Na.”
Dan sampailah aku ke tempat itu. Tempat yang membuatku semakin hancur, hati ini tak berbentuk lagi. Adi? Bagaimana mungkin dia pergi? Dia.. Adi.. Sebuah nama yang selalu ku sebut dalam doa. Sebuah nama yang selalu membuatku bahagia saat ingat dia, sebuah nama dengan warna terindah di jiwa. Ini tentang sebuah nama, yang selalu ku tunggu. Selalu ku nanti. Meski tak lebih dari sebuah ilusi dan mimpi, sebuah nama yang selalu spesial.
Kini sebuah nama itu sempurna empat tahun pergi. Menyisakan sengatan-sengatan rindu, deburan cinta, meninggalkan aku yang hanya bisa termangu. Adi, apa kabar kamu di sana? Apa kau tahu aku selalu merindukanmu? Sudah empat tahun berlalu Di, dan aku sungguh selalu menunggu. Selalu.
Cerpen Karangan: Ana Zuhriatun Nisa
Facebook: Anna ZuhriatunNissa